Khotbah hari ini mengenai kelanjutan dari pelayanan yang sudah ditegakkan oleh Tuhan Yesus, yaitu pelayanan yang sudah difondasikan melalui kematian dan kebangkitan Kristus, yang merupakan sebuah era baru, yang disebut sebagai Gereja. Gereja merupakan bentuk baru dengan prinsip lama. Format Gereja sama sekali berbeda dengan konsep PL, yang masih terikat dengan 1 bangsa yaitu Israel. Sebenarnya sejak awal Tuhan tidak memiliki prinsip seperti itu, Tuhan tidak mau dikudeta oleh 1 bangsa, Tuhan tidak mau dikunci oleh 1 orang, tetapi Tuhan memakai 1 orang/ 1 bangsa untuk menjadi berkat bagi semua orang dan semua bangsa.
Gereja haruslah menjadikan Tuhan sebagai pusat, dengan tujuan untuk menjadi berkat bagi semua orang. Hal yang mengkuatirkan pada hari ini adalah Gereja merupakan sebuah eksklusifitas yang egois, dimana Tuhan dikudeta untuk kepentingan Gereja saja. Ketika Tuhan melihat bangsa Israel semakin hari semakin jauh dari kehendak Tuhan diatas, maka Tuhan menutup jalur tsb dan kemudian membubarkan perjanjian yang lama lalu membuka babak yang baru. Kekristenan satu-satunya agama yang mengungkapkan bagaimana Tuhan bekerja di dalam sejarah. Alkitab menceritakan kesejarahan dari pekerjaan Tuhan, dari sejak dunia ini dicipta sampai nanti Tuhan menyelesaikan dunia ini. Allah berada di atas sejarah. Allah tidak dikunci oleh sejarah. Allah berada di luar ruang dan waktu dimana sejarah berjalan.
PL dan PB memiliki jedah waktu 400 tahun, dan selama itu Tuhan tidak bersuara sama sekali. Inilah kondisi intermediasi antara 2 momen. Kristus, Anak Tunggal Bapa, diutus datang ke tengah dunia ini untuk memulai suatu perjalanan baru sejarah. Dia berinkarnasi untuk menunjukkan bagaimana hidup sebagai umat Allah, bagaimana menjadi manusia, dan bagaimana berkorban untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Prinsip yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dan tindakan-tindakan-Nya sebenarnya merupakan prinsip yang sudah ada sejak dahulu kala, yang tidak dijalankan oleh bangsa Israel. Kristus datang ke tengah dunia bukan untuk mencari orang sehat ataupun kelompok eksklusif, melainkan supaya semua orang mendapat berkat, supaya kebenaran disinarkan ke segala bangsa, dan orang melihat bagaimana hidup yang sejati itu dijalankan. Hidup sebagai orang Kristen sejati bukanlah sesuatu yang tidak bisa dijalankan. Kristus telah menjalaninya bukan dengan keindahan idealistik melainkan dengan kesempurnaan tanpa cacat. Di dunia ini banyak unsur ideal tetapi bukan yang tanpa cacat. Manusia berdosa tidak mungkin memiliki hati yang murni kembali kepada kebenaran, sebaliknya sejahat-jahatnya manusia berdosa di dalam dirinya masih ada kebajikan sebagai sisa dari gambar dan rupa Allah.
Ketika manusia/ Gereja tidak sadar terjatuh ke dalam 1 idealisme yang salah maka manusia/ Gereja gagal mencapai apa yang Tuhan inginkan. Kegagalan Gereja adalah ketika jatuh ke dalam 2 ekstrem besar yaitu ekstrem putih dan ekstrem hitam. Ketika masuk ke dalam ekstrem putih, maka Gereja mengalami kebuntuan, sedangkan ketika Gereja masuk ke dalam ekstrem hitam, maka Gereja menjadi liar. Tuhan ingin kita menjadi orang benar tetapi Tuhan juga sadar bahwa kita tidak mungkin menjadi orang benar. Di satu pihak Tuhan ingin manusia berproses mengerjakan pekerjaan Tuhan, tetapi di lain pihak Tuhan juga tahu bahwa manusia memiliki jiwa memberontak yang tidak mudah untuk mau taat kepada Tuhan.
Ketika Gereja dijalankan maka nuansa paradoksikal di atas terus mewarnai Gereja. Pembahasan yang lalu kita telah melihat bagaimana seorang nelayan yang oportunis/ memikirkan diri sendiri, tetapi Tuhan memakai dia. Tuhan membongkar total orang tsb menjadi orang yang paling berani berkorban untuk Tuhan, dia menjadi orang yang begitu sengit dan berani membicarakan kebenaran di depan pengadilan. Petrus adalah orang yang sederhana, oportunis dan egois, sehingga Tuhan Yesus menuntut dia untuk menyangkal diri, memikul salib, lalu mengikut Yesus.
Hari ini kita akan membahas orang ke-2, orang yang sangat brilian, yaitu Paulus (semula bernama Saulus). Kitab Kisah Para Rasul menonjolkan kisah tentang 2 tokoh besar ini, yang Tuhan pakai untuk menghadapi tradisi Yahudi dan tradisi Yunani. Saulus begitu rusak, semula dia melawan Tuhan Yesus tanpa muncul di depan umum sampai pada saat Stefanus dibunuh, barulah dia muncul di depan umum. Pada saat itulah penganiayaan yang hebat terhadap orang Kristen dimulai.
Kalau kita menghadapi orang seperti Saulus mau bertobat atau mau menjadi hamba Tuhan, bagaimanakah reaksi kita? Tuhan Yesus juga menyatakan Saulus sebagai orang yang menganiaya Tuhan. Ada 2 makna besar dari pernyataan tsb yaitu: 1) Yesus betul-betul teraniaya dan mati di atas kayu salib disebabkan salah satunya oleh Saulus; 2) Saulus menganiaya orang Kristen. Dalam Matius 25 Tuhan mengidentifikasi Diri-Nya sebagai umat-Nya. Barangsiapa menganiaya orang Kristen berarti menganiaya Tuhan Yesus, berarti urusan vertikal.
Keunikan dari seorang Saulus adalah begitu giat dan sengit melawan Tuhan Yesus dan pengikut Jalan Tuhan. Sangatlah beresiko untuk menjadikan Saulus seorang hamba Tuhan karena catatan perjalanan hidupnya yang begitu kelam. Secara pemikiran manusia, tidak adakah orang yang lebih baik dari Saulus yang bisa Tuhan pakai? Tuhan Yesus dan pengikut Jalan Tuhan tidaklah cocok dengan konsep Yudaisme yang diikuti oleh Saulus. Konflik Theologi inilah yang menyebabkan Saulus tidak bisa menerima apa yang diajarkan dan dilakukan oleh Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya.
Ada beberapa hal yang Tuhan lihat dari diri Saulus, yang perlu untuk kita jadikan bagian dari hidup kita, yaitu:
Saulus giat untuk Tuhan.
Ada konflik antara giat untuk Tuhan dan mengenal kebenaran. Banyak orang yang mau cari aman dengan tidak terlalu aktif dalam kegiatan gereja, karena mayoritas orang dunia bersifat pasif. Hasil survey sebuah gereja di Amerika menemukan bahwa gereja mirip dengan kurva distribusi normal, artinya: 10% giat untuk Tuhan, 10% pengacau/ pengkritik/ penghancur, 80% pengunjung/ penonton pasif. Jiwa gereja haruslah dibenahi agar persentasi ini bisa berubah. Kunci sebuah gereja terletak pada orang yang giat untuk Tuhan. Orang yang giat untuk Tuhan bukanlah orang yang mencari keuntungan diri dan hanya cari amannya saja.
Saulus adalah orang yang punya motivasi dan ambisi. Sayangnya, seluruh gerak Saulus mempunyai obyek yang salah. Orang yang pasif tidak akan dipakai Tuhan. Gereja yang berisikan orang-orang yang bermotivasi tinggi akan menjadi gereja yang dinamis, yang bergerak maju. Saulus tidak hanya giat di Yerusalem, bahkan ‘’cari kerjaan’’ dengan memperluas area penangkapan murid Tuhan di daerah Damsyik.
Gereja seharusnya terdiri dari orang-orang yang sadar bahwa dirinya dipanggil Tuhan untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan. Kita harus punya hati dan semangat perjuangan dalam semua aspek hidup kita. Seorang dipakai Tuhan adalah orang yang mau memikirkan kehendak dan pekerjaan Tuhan. Saulus giat untuk Tuhan, walaupun Tuhannya salah dan dia tidak mengenal Tuhannya. Inilah problema Theologi. Pdt. Stephen Tong pernah mengingatkan saya bahwa belajar Theologi bukan pada logi-nya melainkan pada Theos-nya.
Saulus mempunyai jiwa rela berkorban.
Banyak orang yang memiliki semangat kerja tetapi tidak mau mengerjakan atau tidak mau berkorban untuk itu. Pdt. Stephen Tong mengajar kita dengan prinsip: Siapa omong siapa kerja (Inggris: who say who pay). Siapa berani teriak harus berani korban paling besar. Di dunia ini banyak orang oportunis, yaitu orang yang mau dianggap berjasa tetapi tidak mau susah. Saulus tidak pernah takut rugi dalam mengerjakan apapun, juga tidak pernah takut untuk mencapai apapun. Saulus memiliki jiwa prajurit yang berani maju walau harus mengalami kerugian (Inggris: zealous). Sifat berani berkorban dari Saulus ini membuat dia tidak bermasalah untuk berkorban bagi Tuhan ketika dia bertobat. Seorang yang dipakai Tuhan bukanlah ribut dengan haknya melainkan hak untuk melepaskan haknya, seperti yang dilakukan oleh Paulus.
Salah satu penyebab matinya abad ini adalah orang tidak bisa hidup susah dan terus menerus diindoktrinasi untuk tidak hidup susah. Ketika manusia ditekan untuk tidak boleh hidup susah maka hasilnya justru hidup semakin susah. Kalau kita dituntut untuk berani hidup susah, bukan berarti Tuhan mau menganiaya orang Kristen, melainkan Tuhan senantiasa memelihara dan memberkati. Tuhan tidak tutup mata ketika anak-anak-Nya mengalamai penderitaan/ aniaya, tetapi Tuhan suka sekali ketika anak-anak-Nya melepaskan haknya. Paulus berani untuk melepaskan semuanya termasuk nyawanya untuk Tuhan.
Paulus bekerja dengan begitu efektif, jitu dan terstruktur.
Paulus menggarap misi dengan sangat struktural dan strategis. Dialah yang memikirkan pertama kalinya di mana letak basis kekristenan sebaiknya. Setelah melakukan 3 putaran perjalanan misinya, dia memutuskan untuk meletakkan basis kekristenan di kota Efesus walaupun Efesus merupakan tempat maksiat. Paulus berada di Efesus dalam waktu yang sangat lama. Ratusan tahun kemudian barulah terbukti bahwa Efesus merupakan tempat yang begitu strategis untuk penginjilan.
Melakukan pekerjaan Tuhan diperlukan bijaksana dari Tuhan. Semua tindakan kita adalah hasil dari pikiran kita. Proses berpikir adalah bagaimana kita mengolah kata. Logika tidak akan berjalan tanpa kata-kata. Logika kita akan berjalan beres ketika kata bertemu dengan Kata (Inggris: The Word). Pola pikir yang komprehensif dimungkinkan jika manusia kembali kepada Tuhan. Mandat budaya haruslah berbasis pada Theologi Reformed yang menekankan kedaulatan Allah dan prinsip sola scriptura. Saulus mengalami kebuntuan karena pada waktu itu dia belum bertemu dengan Kata. Setelah bertobat/ bertemu dengan Kata maka Paulus memiliki ketajaman dalam berpikir.
Saulus bertobat sungguh-sungguh.
Kekristenan menjadi lumpuh ketika kita diberi kesempatan untuk menginjak di 2 tempat. Gereja memiliki iman yang kuat ketika mengalami penganiayaan karena ketika dianiaya kita tidak bisa menginjak di 2 tempat yaitu 1 kaki di Kristen dan yang 1 kaki lagi di non-Kristen. Pada waktu penganiayaan, menjadi orang Kristen bisa berakibat kematian. Ketika memilih untuk menjadi Kristen berarti rela mati. Pada masa ini menjadi Kristen bisa mendapatkan keuntungan/ kenikmatan tertentu maka orang bisa menempatkan 1 kaki di Kristen dan 1 kaki di non-Kristen.
Pertobatan sejati adalah ketika seluruh fokus hidup kembali kepada Tuhan. Paulus ketika bertobat langsung pindah 100% dari pengikutan yang lama. Dia mengeluarkan konsep bahwa yang lalu telah lewat dan yang baru telah datang. Dia berubah total dari hidupnya yang lama. Paulus tidak lagi menghiraukan semua yang ada di belakangnya tetapi mengejar yang ada di depannya.
Di sepanjang sejarah Tuhan menantikan orang-orang seperti Paulus untuk berbagian dalam arus yang dibangun-Nya menuju kepada kesudahannya. Biarlah hal ini menjadi kekuatan bagi kita.
(Ringkasan Khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Kita sedang membahas secara serial mengenai kelanjutan dari pelayanan yang sudah ditonggakkan oleh Tuhan Yesus, yaitu bagaimana masa Gereja dimulai. Calvin membedakan antara gereja yang tidak kelihatan dengan gereja yang kelihatan. Gereja yang kelihatan adalah gereja yang bisa dilihat jemaatnya, tempatnya, dan papan namanya. Gereja yang kelihatan terdiri dari campuran antara gereja yang tidak kelihatan dan ilalang yang ada di tengah-tengah gereja. Tuhan melarang untuk mencabut ilalang dari tengah-tengah gandum karena bisa terjadi salah cabut. Ilalang sangat mirip dengan gandum. Keduanya bisa dibedakan dari buahnya, artinya: gandum akan berbuah sedangkan ilalang tidak berbuah.
Yang dimaksud dengan gereja oleh Alkitab bukanlah gereja yang kelihatan melainkan gereja yang tidak kelihatan, artinya: orang-orang yang mau sungguh-sungguh kembali kepada Tuhan. Mereka adalah umat Tuhan yang mau sungguh-sungguh mengembalikan hidupnya kepada Tuhan. Gereja bukan dimulai karena inisiasi manusia atau karena orang-orang ingin mempunyai agama baru. Gereja dimulai karena Tuhan sendiri yang berinkarnasi. Tuhan Yesus datang ke tengah dunia ini lalu memilih orang-orang-Nya.
Dalam PB dikisahkan orang yang dipilih dan dipakai Tuhan untuk menjadi panutan bagi umat Tuhan. Tuhan bisa memakai siapa saja, mulai dari yang sederhana sampai yang sangat hebat. Ketika Tuhan memilih maka ada suatu penugasan. Tuhan memberikan talenta kepada seseorang dengan kapasitas dan tugas sebagaimana yang Dia berikan. Tuhan ingin kita hidup menurut apa yang Tuhan kehendaki. Ketika kita berjalan menurut kehendak Tuhan, maka kita akan menghasilkan buah. Buah tsb akan diverifikasi oleh Tuhan sendiri. Buah bukanlah hasil kerja manusia menurut nilai manusia, melainkan merupakan hasil yang keluar akibat penugasan dan modal yang diberikan oleh Tuhan.
Modal yang Tuhan berikan tidak kecil nilainya. 1 talenta=6000 dinar. 1 dinar merupakan upah kerja sehari selama 12 jam. Kalau diasumsikan upah minimal 1 hari di Indonesia adalah Rp. 100.000,-, maka 6000 dinar setara dengan 600 juta. Modal yang Tuhan berikan janganlah dipakai untuk kepentingan diri sendiri. Tuhan meminta modal beserta buahnya kembali kepada-Nya. Mengambil milik Tuhan adalah sebuah tindakan pencurian.
Petrus adalah seorang yang dipilih dan dipakai Tuhan untuk menjadi pelopor gereja pertama. Petrus berkhotbah pertama kali dan mendobrak sejarah. Orang-orang Yahudi mulai sengit terhadap dia. Nats hari ini menceritakan bagaimana Petrus dan Yohanes ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara dengan tuduhan melakukan mujizat. Petrus dalam nats hari ini tidak seperti Petrus sebelumnya.
Petrus sebelumnya merupakan gambaran dari kebanyakan orang pada zaman ini. Latar belakang Petrus bukanlah lulusan akademi Theologi, bukan orang terpelajar. Pekerjaan Petrus adalah nelayan di danau Galilea. Tuhan Yesus memanggil Petrus untuk menjadi murid-Nya ketika dia selesai menjala ikan. Petrus langsung meninggalkan perahu dan jalanya lalu mengikut Yesus. Petrus bisa melakukan hal ini karena dia telah mendapatkan informasi dari Yohanes Pembaptis, yang adalah gurunya, mengenai Tuhan Yesus. Bagi Petrus, mengikut Tuhan Yesus berarti mengikuti orang yang lebih tinggi dari gurunya. Pada zaman itu seorang guru yang memilih muridnya, bukan murid yang memilih guru. Makin besar guru tsb maka makin cerewet dia memilih muridnya.
Petrus adalah orang yang sangat humanis materialis. Ketika mau mengikut Tuhan Yesus, dia mempertimbangkan keuntungan apa yang bisa diperoleh dari gurunya. Dia berusaha untuk berada di posisi sebelah kanan Tuhan Yesus, bergerak lebih cepat, bicara lebih dulu, demi kepentingan dia. Sifat ini bagus kalau dipakai untuk kepentingan pekerjaan Tuhan.
Semakin lama mengikut Tuhan Yesus, Petrus semakin melihat kehebatan gurunya. Semakin Petrus yakin bahwa mengikut Yesus tidak akan rugi, tapi dia masih belum sesakti Tuhan Yesus. Petrus sempat diberi kesempatan oleh Tuhan Yesus untuk menjadi sakti dengan berjalan di atas air. Hal ini juga disukai oleh manusia pada zaman ini. Ketika pandangan Petrus mulai beralih dari Tuhan Yesus, dia menjadi tenggelam, tetapi Tuhan segera menolong dia. Prinsip ini tertanam dalam benak Petrus, yaitu: selama aku menempel pada Tuhan Yesus maka aku bisa sakti dan kalau aku lengah sedikit saja maka kesaktian itu menjadi hilang. Petrus terus nempel pada Tuhan Yesus demi memperoleh kesaktian. Semakin hari Petrus semakin membangun jiwa memanipulasi Tuhan, mengikut Tuhan demi untuk meraih kekuatan diri. Inilah semangat dalam agama.
Tuhan Yesus menetapkan murid-murid-Nya menjadi rasul lalu mengutus mereka. Mereka mempunyai kesaktian untuk menyembuhkan penyakit dan mengusir setan. Petrus, Yohanes dan Yakobus bahkan pernah diajak Tuhan Yesus naik ke atas sebuah bukit dan melihat Tuhan Yesus mengalami transfigurasi. Petrus berkomentar untuk mendirikan tenda di sana dan tidak turun lagi. Tuhan Yesus mengajak mereka turun dari bukit itu karena tujuan Dia memperlihatkan hal itu adalah supaya para murid lebih yakin ketika mengalami penderitaan.
Pada saat Petrus sampai di titik puncak pelayanannya, Tuhan Yesus bertanya kepadanya: Menurut kamu, siapakah Saya? Petrus menjawab: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Kalimat tsb memiliki pengertian yang dahsyat yang Tuhan berikan kepada Petrus, yang tidak mungkin dimiliki oleh manusia lain. Tetapi ternyata kalimat tsb memiliki pengertian yang lain di kepala Petrus.
Ketika Tuhan Yesus memberitahukan bahwa Mesias harus pergi ke Yerusalem, mengalami penderitaan dan aniaya oleh para tua-tua Yahudi, mati disalibkan dan bangkit pada hari ketiga, Petrus tidak bisa menerima hal itu dan marah terhadap Tuhan Yesus. Petrus berkata: Tuhan, hal seperti ini tidak mungkin terjadi pada-Mu; kiranya Allah menjauhkan hal ini daripada-Mu. Perkataan ini begitu bertentangan yaitu: kalau Petrus menyebut Tuhan Yesus sebagai Tuhan, mengapa dia katakan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Tuhan Yesus menjawab: Minggir setan! Kamu tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah. Jawaban ini adalah kalimat terkeras yang pernah diucapkan oleh Tuhan Yesus. Teguran yang demikian keras ini tidaklah mengubah Petrus.
Tuhan Yesus langsung mengajar para murid-Nya demikian: Barangsiapa mau mengikut Tuhan Yesus haruslah menyangkal diri, memikul salib, lalu mengikut Dia. Ketiga hal ini tidak dilakukan oleh Petrus sehingga dia menjadi rusak. Pada hari ini banyak orang yang mau Yesus tetapi tidak mau menyangkal diri, artinya berkata tidak pada keinginan diri, tidak mau pikul salib, tidak mau menderita, dan tidak mau mati bagi Tuhan. Kekristenan palsu selalu jatuh dalam ketiga hal ini.
Setelah kejadian diatas, Petrus tidak lagi banyak bicara, tetapi Tuhan Yesus memperingatkan dia untuk berhati-hati sebab iblis sedang berusaha menampi Petrus. Kedagingan Petrus kembali muncul dengan menjawab: Tidak Tuhan, saya tidak akan lari, saya akan ikut Engkau sampai mati. Tuhan Yesus menjawab: Sebelum ayam berkokok engkau akan menyangkal Aku 3 kali.
Petrus berpikir bahwa mengikut Tuhan Yesus tidak mungkin kalah dan enak. Pikiran ini juga sama pada murid-murid yang lain dan juga kita. Pada saat Tuhan Yesus ditangkap dan tidak memberikan perlawanan, Petrus masih mencoba untuk mengikuti secara diam-diam agar tidak beresiko. Ketika menghangatkan badan, dia dikenali sebagai murid Tuhan Yesus oleh seorang hamba perempuan. Disinilah iman Kristen diperhadapkan dengan sebuah tantangan. Ketika kita menyatakan iman kita maka kita bakal menanggung kerugian bahkan kematian. Petrus langsung berkata: Tidak, aku tidak mengenal Dia. Kita bisa memuji Tuhan ketika keadaan aman dan penuh berkat, tetapi ketika tantangan beresiko tiba maka kita bisa menyangkal Dia.
Setelah Petrus menyangkal Tuhan Yesus 3 kali lalu ayam berkokok, dan ketika itu Tuhan Yesus menengok kepada dia dengan pandangan cinta kasih. Petrus lari keluar dan menangis. Imannya hancur pada hari itu. Tetapi hal itu bukanlah titik pertobatan Petrus karena dia masih menjadi orang yang oportunis, artinya: hanya memikirkan kepentingan dirinya.
Setelah Yesus bangkit, Petrus mengajak rekan-rekan murid Yesus untuk kembali menjadi penjala ikan. Tindakan Petrus ini sangat humanis, realistis dan duniawi. Kitapun sangat mirip dengan Petrus dalam hal selalu mencari kesukaan dan keinginan diri. Seharusnya Petrus sadar bahwa Tuhan Yesus pasti mempunyai rencana besar dengan kematian dan kebangkitan-Nya. Petrus tidak bisa melihat hal itu karena dia tidak mau memikirkan apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus membuat mereka menjala ikan semalaman tetapi tidak mendapatkan apa-apa. Setelah mereka menepi, Tuhan Yesus memerintahkan mereka untuk menjala ikan lagi. Ketika mereka taat menjalankan perintah itu, didapatkanlah ikan yang sangat banyak. Lalu Tuhan Yesus mengajak mereka makan. Tuhan Yesus mau berkata bahwa yang menghidupi mereka bukanlah diri mereka sendiri melainkan Tuhan.
Setelah makan, Petrus mendapatkan kuliah terkeras yang pernah dia dengar dari Tuhan Yesus secara personal. Tuhan Yesus bertanya kepada Petrus: Simon, apakah kamu mengasihi (agape, artinya cinta tanpa syarat) Aku? Petrus menjawab: Aku mengasihi (filea, artinya cinta sesama saudara) Engkau. Tuhan Yesus bertanya hal itu 2 kali dan Petrus memberikan jawaban yang sama. Kali ketiga Tuhan Yesus bertanya: Simon, apakah kamu mengasihi (filea) Aku? Petrus menjawab: Tuhan, aku mengasihi (filea) Engkau. Tuhan Yesus menyambung: Gembalakanlah domba-domba-Ku. Dari percakapan ini Petrus disadarkan akan artinya mengikuti Tuhan Yesus, yaitu berhenti bersifat oportunis. Pada hari itu iman Petrus dibongkar dari iman yang mencintai diri menjadi iman yang sepenuhnya mencintai Tuhan. Ketika kita berkata: Aku mencintai Engkau Tuhan Yesus, beranikah kita juga berkata: Aku rela mati bagi-Mu.
Ketika Roh Kudus memenuhi Petrus, dia menjadi berani berdiri dan berkhotbah di hadapan Sanhedrin. Kalimat yang dilontarkan Petrus begitu tajam dan sarat dengan muatan Theologis. Kalimat ini tidak muncul selama Petrus belum berubah dari semangat oportunisnya. Manusia yang oportunis tidak mungkin bisa mengerti semua konsep Theologis yang Tuhan Yesus bukakan.
Tuhan memilih seorang nelayan dari Galilea, yaitu Petrus, untuk memberitakan Injil pertama kali. Tuhan mau menunjukkan kepada kita bahwa pekerjaan Tuhan tidak bergantung pada seberapa hebatnya kita. Pekerjaan Tuhan tergantung hati kita mengarah kepada siapa. Orang yang dipakai Tuhan adalah orang yang hatinya betul-betul untuk Tuhan/ mencintai Tuhan dan sesama. Umat Tuhan/ orang Kristen adalah orang yang meninggalkan seluruh pikiran dunia untuk kembali kepada Tuhan. Pertobatan sejati terjadi dimulai dengan menyangkal diri, mau pikul salib, lalu ikut Tuhan.
Mencintai Yesus bukan untuk mendapatkan semua kenikmatan hidup, tetapi berarti kita rela mati bagi Tuhan. Mencintai Tuhan berarti seluruh hidup kita adalah milik Tuhan. Inilah yang menjadikan hidup kita bisa berbuah.
(Ringkasan Khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Kita sedang membahas secara serial mengenai kelanjutan dari pelayanan yang sudah ditonggakkan oleh Tuhan Yesus, yaitu menegakkan suatus arus yang berbeda dari semua arus zaman. Arus zaman diikuti oleh banyak orang tapi bisa hilang dan berganti seiring dengan pergantian zaman. Di tengah-tengah banyaknya arus zaman terdapat sebuah arus yang tidak bisa hilang karena merupakan arus yang Tuhan tegakkan. Arus yang ditegakkan oleh Tuhan adalah arus kecil tetapi sangat penting dan bersifat kekal karena tidak bisa dihapus oleh zaman.
Allah menetapkan satu garis dalam sejarah dimana Kerajaan Allah sedang dijalankan. Allah sedang menjalankan otorisasi-Nya sebagai wujud kedaulatan-Nya di atas dunia ini. Kedaulatan Allah bukan menyebabkan manusia diatur sepenuhnya seperti robot. Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia. Sejak awal diciptakan, Tuhan ingin manusia mengikut Dia dan menjalankan apa yang menjadi kehendak-Nya. Pada saat itu iblis juga mengutak-atik pikiran manusia dengan menyatakan bahwa manusia juga mempunyai otoritas. Hawa mulai berpikir untuk tidak mengikuti Tuhan kalau dia bisa menjadi seperti Tuhan. Inilah masalah pelik yang muncul di tengah dunia, muncullah satu jalur manusia yang tidak mau mengikuti Tuhan. Tuhan tidak pernah melarang Hawa untuk melawan Tuhan. Allah yang berdaulat membiarkan manusia melawan Dia. Lalu Tuhan membuat jalur/ garis baru, diawali dengan memanggil Abraham dan menuntut Abraham untuk taat kepada-Nya. Dari Abraham terbentuklah 12 suku Israel, yang masuk ke tanah Mesir dan diperbudak oleh bangsa Mesir. Tuhan memunculkan Musa untuk membebaskan bangsa Israel dari Mesir dan membawa mereka ke Tanah Kanaan. Yosua menggantikan Musa dan memimpin bangsa Israel memasuki Tanah Kanaan. Bangsa Israel berdiam di Tanah Kanaan sebagai umat Tuhan, yaitu umat yang taat kepada Tuhan. Tuhan memimpin mereka. Tuhan berdaulat atas mereka.
Umat Tuhan kembali berulah dengan menolak kepemimpinan Tuhan atas mereka lalu mereka meminta adanya raja. Tuhan mengabulkan permintaan mereka dengan memberikan seorang raja kepada mereka. Sejak bangsa Israel membentuk kerajaan sendiri, mereka tidak lagi sehebat ketika dipimpin oleh Tuhan. Sejarah PL membuktikan bahwa kerajaan manusia yang melawan Tuhan pada akhirnya akan hancur. Lalu Tuhan membentuk garis/ jalur baru lagi.
Dari nats hari ini kita melihat bagaimana Petrus berdiri untuk menegakkan garis/ jalur ketiga. Dalam jalur ketiga ini kita melihat bagaimana Tuhan memanggil jemaat-Nya yaitu Gereja. Gereja adalah umat yang mau mengikuti Tuhan dan taat kepada-Nya. Umat Israel telah menjadi jajahan dan tidak berdiri sebagai sebuah bangsa merdeka. Tuhan mengadakan perjanjian yang baru dengan umat-Nya, yang dimulai dengan penebusan oleh Tuhan Yesus. Konteks Kisah Para Rasul 2 adalah konteks gereja pertama kali berdiri. Gereja pada waktu itu bukanlah gereja yang nyaman, seperti yang dirasakan oleh banyak orang saat ini.
Gereja Kristen berdiri di tengah-tengah situasi yang sangat menakutkan. Khotbah pertama dari para rasul dalam nats hari ini tidaklah sesederhana itu. Sebelumnya selama 10 hari mereka bersembunyi dan menutup semua pintu dan jendela, karena mereka menjadi sasaran kebencian dan genosit dari orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi sangat sengit karena apa yang mereka rencanakan untuk menghabisi kekristenan terancam gagal total. Apa yang dikerjakan dan diajarkan oleh Tuhan Yesus dirasa mengancam keberadaan aliran Yudaisme, karena itu Tuhan Yesus harus mati. Setelah Tuhan Yesus dibunuh, ternyata kekristenan tidak menjadi selesai. Apa yang direncanakan oleh orang Yahudi ternyata gagal.
Tuhan Yesus menyerahkan Diri-Nya untuk ditangkap oleh pengawal Bait Allah. Kalau Dia tidak menyerahkan Diri maka mustahil pengawal bisa menangkap Dia. Kejadian berikutnya Tuhan Yesus dengan begitu pasif, tidak melawan sama sekali, membiarkan Diri-Nya disiksa dan disalibkan sampai mati. Tuhan Yesuslah yang menetapkan waktu dan cara Dia mati. Tidak seorangpun yang lain yang bisa melakukan hal ini. Fakta ini membawa kepada sebuah kesimpulan, yang dinyatakan dari mulut seorang Centurion, yaitu: Dia pasti Anak Allah. Kepasifan Tuhan Yesus justru membuktikan kedahsyatan mujizat Tuhan yang begitu besar.
Orang Yahudi mulai ketakutan karena satu persatu perkataan Tuhan Yesus sudah terjadi yaitu: Anak Manusia akan menderita sengsara, disiksa, dianiaya dan mati di atas kayu salib. Ada satu perkataan Tuhan Yesus yang belum terjadi pada waktu itu yaitu: Anak Manusia akan bangkit pada hari ketiga. Orang Yahudi yakin bahwa hal inipun pasti akan terjadi. Pada malam itu juga, pada hari Sabat, para pemimpin Yahudi mengadakan rapat lalu mendatangi Pilatus untuk meminta tentara supaya menjaga kuburan Tuhan Yesus. Jika Yesus bangkit maka dampaknya akan jauh lebih parah daripada jika Yesus tidak dihukum mati. Ketika usaha mereka gagal karena Tuhan Yesus tetap bangkit, maka mereka menjadi semakin sengit untuk mematikan semua pengikut Tuhan Yesus. Hal itulah yang menyebabkan gereja awal berada dalam situasi yang menakutkan.
Tuhan Yesus menyuruh para rasul untuk menunggu di Yerusalem sampai Roh Kudus turun, lalu mereka harus bersaksi tentang Kristus. Ketika Roh Kudus dicurahkan keatas para rasul, mereka menjadi berani menceritakan tentang Yesus Kristus sebagai Juruselamat manusia. Berita tsb sangat bertentangan dengan yang diinginkan oleh para ahli Taurat. Berita tsb merupakan berita gereja, yang mengembalikan manusia kepada otoritas Tuhan. Inilah panggilan kita pada saat ini.
Manusia pada zaman ini begitu menginginkan Roh Kudus dan kuasa-Nya menyertai mereka. Mereka ingin menjadi sakti tetapi tidak berani memberitakan tentang Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat manusia. Di tengah-tengah sekelompok orang yang melawan Tuhan, kembali Tuhan memanggil sekelompok manusia untuk mengikuti Tuhan; inilah yang disebut sebagai Gereja. Gereja selalu berbeda arah dengan apa yang dikerjakan oleh kebanyakan manusia. Gereja sejati terdiri dari orang-orang yang mengikuti Tuhan dan taat kepada-Nya meskipun berhadapan dengan resiko yang besar.
Mengapa kekristenan tidak bisa bersuara/ memberikan pengaruh walaupun merupakan mayoritas di tempat-tempat tertentu? Karena banyak orang Kristen yang tidak rela untuk mengikuti Tuhan. Mereka mau mengikuti Kristus asalkan aman, kalau harus berjuang maka pilih berjuang di daerah aman. Kristus justru membangun umat-Nya di daerah di mana Dia dibunuh. Tuhan ingin kita menjadi pengikut Tuhan di tengah-tengah zaman yang mayoritas menolak Dia.
Dalam nats hari ini terlihat bahwa para rasul hendak menunjukkan bahwa semuanya itu bukan usaha manusia melainkan pekerjaan Allah. Jadi iman Kristen berpusat pada Allah. Di dunia ini hanya ada 2 jalur yaitu yang mengikut Allah dan yang mengikut agama. Iman Kristen tidak sama dengan beragama, bukan sekedar mengikuti aturan/ doktrin, melainkan menuntut untuk mengikut Kristus dan menjalankan kehendak-Nya. Hanya manusia yang mengikut Kristus yang beroleh hidup. Petrus mengajak manusia untuk hidup berpusat kepada Tuhan. Manusia berdosa mau berjalan menuruti keinginan diri.
Tuhan tidak mengajar manusia untuk ribut dengan diri manusia itu sendiri melainkan Tuhan mengajar manusia untuk ribut mengikut Dia. Agama di tengah dunia ribut dengan tampilan diri, seperti: cara berpakaian, cara berjalan, dll; juga ribut dengan persembahan/ korban. Tuhan jijik dengan semuanya itu. Yang Tuhan minta adalah ketaatan manusia kepada-Nya. Tuhan pakai sekian banyak orang, bukan yang super suci ataupun super pandai, justru seringkali yang diremehkan oleh manusia. Tuhan memakai orang bodoh untuk mempermalukan orang bijaksana. Orang yang merasa diri bijaksana adalah orang yang bodoh, sedangkan orang yang merasa diri bodoh adalah yang justru dipakai oleh Tuhan, asalkan dia taat kepada Tuhan. Tuhan pakai Yakub daripada Esau. Tuhan pakai Saulus, yang adalah pembunuh umat Tuhan. Tuhan bukan mencari orang sempurna tetapi orang yang tahu mengembalikan segala sesuatu kepada Tuhan. Itulah kedaulatan Allah yang dimengerti oleh Theologi Reformed, yaitu: harus mengembalikan segala sesuatu kepada Allah yang berdaulat.
Tuhan yang menjalankan sejarah. Kalau kita berada di dalam jalur Allah, kita turut ambil bagian dalam sejarah kekal, kita akan menjalankan kehendak-Nya. Di manakah kita berada?
Mengapa kita harus berpusat kepada Kristus? Karena Kristus bangkit dan hidup. Semua manusia pasti mati dan tidak ada yang bisa mengalahkan kematian. Mengapa Kristus bangkit? Karena kuasa maut tidak mungkin menerkam Dia, karena tidak ada kekuatan kematian yang punya hak untuk mematikan Kristus. Manusia bisa mati karena telah berbuat dosa. Kristus tidak berbuat dosa maka kematian tidak berhak mematikan Dia. Kebangkitan Kristus merupakan sebuah fakta bahwa Allah menginterupsi, dimana setan harus dihukum. Kematian Kristus menunjukkan dahsyatnya kekuatan dosa. Kristus dimatikan dalam kondisi sadar bahwa Dia tidak berdosa sama sekali. Setan mempermainkan kematian untuk mematikan Kristus yang tidak berdosa. Kebangkitan Kristus adalah kebangkitan yang mematikan kekuatan kematian.
Kebangkitan Kristus, yang mematikan kuasa setan, memungkinkan manusia yang percaya kepada Kristus juga bisa dihidupkan kembali. Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang memiliki kuasa kemenangan karena kehidupan Kristen adalah kehidupan yang menempel kepada Kristus. Kita harus berpusat kepada Kristus karena Dialah yang mencabut kita keluar, mengangkat kita dari kematian untuk mendapatkan kehidupan yang kekal. Inilah kekuatan kekristenan.
Iman Kristen bukan sekedar fanatisme. Iman Kristen adalah sebuah kesadaran untuk hidup bagi Tuhan, yang sudah bangkit. Karena Kristus hidup maka kita juga bisa hidup untuk menjalankan kehendak Tuhan. Kehidupan Kristen berbeda dengan semua kehidupan di dunia.
Kekristenan memberitakan Injil bukan sekedar untuk masuk ke Surga melainkan supaya manusia mengakui kedaulatan-Nya. Gereja adalah arus baru untuk membangun umat Tuhan yang taat kepada-Nya. Apakah gereja Tuhan masih taat kepada-Nya ataukah memberontak terhadap Dia? Inilah pertanyaan bagi setiap kita.
(Ringkasan Khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Kita sedang membahas secara serial mengenai kelanjutan dari misi yang sudah ditetapkan oleh Kristus. Perjalanan gereja tidak boleh keluar dari pengaturan yang sudah ditetapkan dan dijalankan dengan berpondasi Kristus. Gereja bukanlah sekedar arus baru ataupun bentukan baru melainkan harus ortodoks (artinya: kita dengan absolut mengikuti kebenaran yang solid). Ortodoks memberikan kepada kita sebuah pembedaan yang sangat signifikan antara gerak dunia yang bersifat relatif dan dinamis dengan sebuah kebenaran yang tidak pernah boleh berubah.
Dunia kita bersifat relatif dan subyektif. Di era post-modern ini terjadi pengembangan pemikiran manusia dimana hal yang dulunya dikatakan salah, pada saat ini dikatakan benar, dan sebaliknya. Dunia menyerukan agar manusia selalu bersifat up to date (artinya: mengikuti perubahan). Kita harus berhati-hati akan hal ini karena selain mengikuti perubahan yang ada, kita juga harus memiliki landasan yang tidak boleh bersifat subyektif relatif. Dengan kata lain: seluruh bangunan hidup manusia tidak pernah boleh dibangun di atas landasan yang subyektif relatif. Seluruh pikiran kita akan rusak ketika kita tidak memiliki landasan yang absolut mutlak. Sebagai ilustrasi, kita tidak mungkin bisa berhitung jika kita tidak punya landasan bahwa 2+2=4. Landasan bahwa 2+2=4 inipun haruslah diterima oleh orang lain agar hitungan kita dapat diterima oleh orang lain. Adalah sebuah kecelakaan jika semua orang boleh memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai 2+2. Jadi haruslah kita sadari bahwa harus ada dasar yang tidak boleh bersifat relatif, ada Kebenaran azasi/ sejati (bahasa Inggris: truth) yang berbeda dengan kebenaran manusia (bahasa Inggris: righteousness).
Kebenaran absolut bukan dibangun oleh manusia yang bersifat relatif subyektif. Karena itulah manusia perlu kembali kepada pimpinan Firman/ Roh Kudus. Kita harus kembali kepada Allah sebagai Sumber Kebenaran, karena Allah adalah satu-satunya yang menjadi dasar pembenaran absolut yang sah. Allah adalah pendiri/ penegak semua kebenaran yang ada di dunia ini. Seluruh hukum yang ada dalam dunia ini bukanlah ciptaan manusia. Manusia hanyalah menemukan sesuatu yang ditanam oleh Tuhan di dalam alam kita. Seluruh keberadaan dalam dunia ini berlandaskan pada hukum penciptaan, yaitu: segala sesuatu yang ada di dunia ini bukan ada dengan sendirinya melainkan dicipta/ dibuat. Ketika manusia balik kepada Tuhan maka seluruh cara pikirannya juga akan balik kepada jalur Tuhan.
Dari nats hari ini kita melihat adanya 2 arah yang berbeda. Pembicaraan yang berlangsung bersifat eksklusif yaitu antara Tuhan Yesus dengan para rasul-Nya. Para rasul seharusnya memiliki pikiran yang sinkron dengan Tuhan Yesus karena mereka hidup bersama dengan Tuhan Yesus selama 3,5 tahun. Seharusnya mereka mengerti bagaimana Kerajaan Surga digarap. Kenyataannya hal ini tidak ditangkap oleh para rasul. Mereka bertanya kepada Tuhan Yesus: Maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel? Mereka menginginkan kerajaan Israel versi kerajaan Daud yaitu kerajaan dunia ini. Yang ada di pikiran mereka adalah menarik Surga ke dunia lalu mereka bahagia sebagai orang Kristen. Pikiran ini sudah ada sejak zaman PL.
Kisah Para Rasul 1:7 mencantumkan jawaban Tuhan Yesus atas pertanyaan para rasul diatas yaitu: Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Inilah hal pertama yang perlu kita perhatikan. Kita seringkali berusaha menguasai wilayah yang bukan merupakan hak kita karena kita ingin menjadi Tuhan. Hal ini juga yang membuat kita jatuh ke dalam dosa. Dosa berarti mengkudeta posisi Allah, dimana manusia melawan Allah dan kebenaran-Nya, lalu menegakkan kebenarannya sendiri.
Adam dan Hawa melakukan analisa menggunakan pikiran mereka sebelum mereka makan buah yang dilarang oleh Tuhan. Analisa mereka bersifat logis tetapi salah sehingga mengakibatkan kematian bagi mereka. Demikian juga halnya dengan 10 orang pengintai. Mereka memiliki pemikiran yang salah sehingga mereka tidak diizinkan masuk ke Tanah Kanaan. Bagaimanakah halnya dengan gereja? Tuhan suka gereja menggunakan pikirannya. Apa yang menjadi dasar pemikiran kita? Pemikir-pemikir Yunani menyatakan bahwa semua keinginan kita haruslah tunduk kepada perasaan/ intuisi kita, sedangkan intuisi harus tunduk kepada rasio kita. Sayangnya, orang Yunani tidak memiliki jawaban atas pertanyaan: rasio dikontrol oleh siapa? Rasio bukanlah tempat absolut tertinggi untuk menentukan pembenaran sebuah pengetahuan. Wahyu khusus menyatakan bahwa rasio harus tunduk kepada Firman/ kebenaran Tuhan. Kebenaran Tuhan yang bersifat absolut menjadi pengarah bagi kebenaran yang bersifat relatif. Ketika manusia kembali kepada kebenaran Tuhan maka manusia akan mengerti arah hidupnya.
Kisah Para Rasul 1:8 menuliskan: Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. Tuhan Yesus mengetahui bahwa para rasul berkeinginan untuk memiliki kuasa besar sehingga bisa menaklukkan semua raja-raja. Kuasa memang menjadi kegilaan semua manusia.
Kuasa yang dimaksud dalam pikiran Tuhan adalah kuasa Kerajaan Surga atau kuasa Roh Kudus. Pada saat gereja mulai berdiri, disinilah Roh Kudus mulai bekerja, yang disebut sebagai masa dispensasi Roh Kudus. Ketika orang Israel berusaha mengkudeta Tuhan hanya untuk diri mereka sendiri maka Tuhan memotong mereka dari jalur keselamatan. Tindakan Tuhan ini berlawanan dengan pola pikir dunia yang menyatakan bahwa ketika kita mempertahankan sesuatu maka kita akan mendapatkan, ketika kita melepaskan sesuatu maka kita akan kehilangan. Tuhan Yesus mengajarkan: kalau kita mempertahankan nyawa kita maka kita akan kehilangan, sedangkan kalau kita kehilangan nyawa karena Dia maka kita akan mendapatkannya. 2 prinsip yang berbeda.
Prinsip mengikut Kerajaan Surga adalah menyangkal diri, pikul salib, dan ikut Kristus. Inilah logika supra natural. Hal ini sangat berlawanan dengan prinsip dunia yang menekankan ambisi diri. Logika supra natural tidak terkunci oleh pikiran manusia berdosa melainkan menerobos keluar melihat Tuhan berlogika. Ketika kita bisa melihat logika Tuhan maka kita akan mendapatkan nilai yang lebih besar daripada yang dapat dicapai oleh dunia.
Di titik pertama, Tuhan ingin kita tidak bersifat egois, barulah Tuhan akan memberikan kuasa kepada kita. Pada zaman ini banyak orang yang memanipulasi Roh Kudus, menggunakan kuasa Roh Kudus untuk kepentingan diri. Alkitab mengajarkan bahwa ketika kita menerima Roh Kudus maka kita akan hidup kudus.
Ketika kita menjadi pengikut Kristus, maka kita menjadi saksi Kristus. Pada saat ini kesaksian banyak diselewengkan. Kesaksian tidak boleh memiliki unsur iklan. Kesaksian memerlukan keberanian karena sangat beresiko. Kesaksian menuntut akurasi/ mutlak benar. Kesaksian tentang Kristus pada zaman gereja mula-mula sangatlah beresiko. Kesaksian haruslah berpusat pada Kristologi yaitu Kristus sebagai kebenaran sejati.
Kehadiran Kristus di tengah dunia ini adalah untuk menggarap Kerajaan Surga. Misi Kerajaan Surga ini dilanjutkan oleh para rasul dan kita semua. Kerajaan Surga adalah orang-orang di segala zaman, tempat, budaya, dan kondisi, yang kembali kepada otorisasi Tuhan. Kristus membawa kita kepada pemikiran globalisasi. Globalisasi membawa seluruh bangsa mengerjakan pekerjaan Roh Kudus, yaitu: sebagai Roh Kebenaran yang akan membawa kita kepada kebenaran. Orang Kristen haruslah menegakkan kebenaran. Untuk itulah kita perlu kembali kepada kebenaran yang absolut.
Di tengah-tengah dunia yang semakin kacau ini hendaklah kita terus ingat Firman Tuhan demikian: Kuatkan dan teguhkan hatimu! Orang yang panik dan galau akan menjadi korban penipuan. Janganlah memberikan diri terpancing oleh semangat humanis materialis. Kita harus selalu mencari yang benar dan melakukan yang benar.
Kristus adalah jalan, kebenaran dan hidup. Melawan Kristus berarti kehilangan jalan, kebenaran dan hidup. Marilah kita kembali kepada Kristus.
(Ringkasan Khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Dimulai dari hari ini kita akan masuk ke dalam serial mengenai kelanjutan dari pelayanan Kristus. Dalam Kitab Kisah Para Rasul diceritakan suatu masa peralihan dari apa yang telah digenapkan oleh Kristus lalu mulai digarap oleh anak-anak Tuhan, yang dimulai oleh para rasul. Para rasul adalah umat pilihan Tuhan yang ditarik oleh Tuhan untuk melayani Kerajaan Allah. Mereka adalah buah pertama dari Kerajaan Allah yang dibangun dalam era PB. Kitab Kisah Para Rasul menceritakan tentang dimulainya babak baru dari PB. Gereja dimulai di hari Pentakosta. Kristus ada di periode transisi. Kristus yang menggenapkan PL dan membuka PB. Kristus disunat dan beribadah di Bait Allah pada hari Sabtu, berarti Dia menggenapkan dan menutup PL. Kristus juga dibaptis, melakukan ibadah di luar Bait Allah dan di luar hari Sabtu, berarti Dia tidak terikat mutlak dengan aturan PL dan mengikuti PB. Kristus memberitakan PL dan PB.
Hari Pentakosta jatuh pada hari Minggu. Pada hari itulah Petrus dan rasul lain berkhotbah untuk pertama kalinya tentang Yesus Kristus Juruselamat satu-satunya bagi umat Tuhan dan 3000 orang non-Kristen bertobat dan menjadi Kristen, lalu mereka dibaptis. Itulah hari pertama Gereja dibentuk dengan format PB.
Kisah Para Rasul menunjukkan bagaimana pekerjaan Kristus di dunia dilanjutkan oleh manusia, bahkan oleh manusia yang dianggap tidak berkapasitas. Dalam kitab ini diceritakan tentang 2 tokoh utama yaitu Petrus dan Paulus. Petrus adalah bekas nelayan sedangkan Paulus adalah kaum intelektual. 2 golongan yang kontras, yaitu dari golongan tinggi dan rendah, dipakai oleh Tuhan untuk memanifestasikan Kerajaan Surga di tengah dunia ini. Kita akan melihat kelanjutan penggarapan Kerajaan Surga di tengah dunia ini di era abad ke-21.
Dari nats hari ini kita mengetahui bahwa Kitab Kisah Para Rasul merupakan kitab ke-2 yang ditulis oleh Lukas. Dalam Injil Lukas, yaitu buku pertama dari Lukas, penulis mendeskripsikan secara sangat teliti mengenai apa yang dikerjakan dan diajarkan oleh Tuhan Yesus. Injil Lukas adalah Injil yang paling kronologis dari Injil yang lain. Kitab Kisah Para Rasul juga memakai pemaparan yang bersifat historis. Aspek historis ini menjadi dasar yang sangat kuat untuk berapologetika di abad ke-21 ini. Apologetika dimaksudkan untuk memberikan jawaban/ penjelasan kepada orang yang mengalami kesulitan mengenai iman Kristen. Dalam hal ini, Roh Kudus yang berperan menyadarkan orang tsb sehingga dia mau bertobat.
Orang di abad ke-21 ini lebih suka diajar dengan memakai pendekatan historis dan menolak pendekatan proposisi. Pendekatan sistematik cocok pada era modern, sedangkan di era post-modern ini pendekatan historis lebih disukai karena historis dianggap sudah terjadi di masa lampau dan tidak bisa disangkal. Orang tidak menyadari bahwa kejadian-kejadian didalam historis ternyata memiliki banyak interpretasi. Setiap kejadian di dalam sejarah tidaklah bersifat baku. Yang bersifat baku hanyalah fakta. Sebagai contoh: sejarah Indonesia yang ditulis oleh orang Indonesia berbeda dengan yang ditulis oleh orang Belanda, dan berbeda dengan yang ditulis oleh orang Jepang. Jadi yang menjadi permasalahan adalah bagaimana seharusnya kita melihat sejarah.
Lukas berusaha menyusun sejarah dengan terus memandang kepada Kristus. Lukas berusaha membawa pembaca melihat sejarah Tuhan dari sudut pandang Tuhan, bukan dari sudut pandang manusia. Van Til mengajar kita untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang Trinitarian/ Tritunggal. Artinya: ketika melihat sebuah kejadian kita harus melihat apa yang sedang Tuhan kehendaki dan kerjakan, siapa yang Tuhan pakai. Apa yang Tuhan kerjakan merupakan arus kecil yang tersembunyi dan bersifat kekal, yang tidak bisa ditiadakan oleh zaman dan tetap ada dari titik alfa sampai omega. Arus kecil ini begitu signifikan di dalam sejarah. Inilah yang sedang diangkat oleh Lukas.
Kristus datang sebagai awal dari garis baru yang sedang dibuat, yaitu garis PB. Kehadiran Kristus, apa yang dikerjakan-Nya, apa yang diajarkan-Nya dipaparkan oleh Lukas sebagai prolog dari sebuah Kerajaan, yang dimulai dari biji sesawi lalu berkembang hingga besar sampai semua burung bisa berdiam di dalamnya, menyatakan sebuah pertumbuhan yang sangat dahsyat dari Kerajaan Surga dan nantinya akan menjadi kekuatan yang kokoh. Kita akan melihat bagaimana hal itu akan digarap.
Kehadiran Kristus berhenti setelah Dia naik ke Surga. Kenaikan Yesus ke Surga merupakan akhir dari masa transisi, akhir dari misi Kristus untuk menebus manusia. Pada saat itu, kegenapan yang sudah diselesaikan di atas kayu salib dituntaskan dengan kenaikan Yesus ke Surga. Inilah saatnya pekerjaan Allah yang berpusat kepada Roh Kudus atau dispensasional Roh Kudus. Manajemen kerja dari Allah Tritunggal adalah: ketika tugas utama berada di tangan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus ikut bekerja dengan mendukung. Roh Kudus bekerja di era PB untuk melanjutkan apa yang sudah digenapkan oleh Allah Bapa dan Allah Anak. Apa yang dikerjakan oleh Roh Kudus tidaklah boleh keluar dari jalur yang sudah dikerjakan oleh Allah Bapa dan Allah Anak.
Ada sekelompok orang yang menjadi buah pertama Kerajaan Surga. Tuhan memakai seseorang bukan karena orang itu mau dipakai atau telah berkampanye, melainkan karena mereka telah dipilih-Nya. Pemilihan Tuhan merupakan awal dari seluruh pekerjaan Tuhan. Pekerjaan Tuhan bukanlah pekerjaan manusia melainkan Tuhan yang mau memakai orang pilihan-Nya. Seberapa kita menyadari diri kita sebagai orang yang dipilih oleh Tuhan? Kita bisa mengikuti kebaktian, ikut melayani Tuhan, bukan karena kehebatan/ jasa kita melainkan karena Tuhan telah memilih kita di tengah segala ketidakmampuan kita, bahkan di tengah segala keberdosaan kita. Hal ini merupakan kerendahan hati dari orang yang dipakai oleh Tuhan. Orang yang demikian akan senantiasa minta pertolongan dari Tuhan dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.
Dalam Kisah Para Rasul 1:2 tertulis bahwa Tuhan Yesus telah memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya. Dari sudut pandang manusia, para rasul itu tidaklah cocok untuk meneruskan pekerjaan Tuhan Yesus di tengah dunia ini. Di sini terlihat bagaimana Tuhan bekerja dengan kedaulatan-Nya yang dahsyat, bagaimana Tuhan memilih umat-Nya. Di akhir Kisah Para Rasul terlihat bahwa pekerjaan Tuhan semakin besar. Apa yang menjadi kunci dari kesuksesan pekerjaan Tuhan?
Kisah Para Rasul 1:3 menyatakan kunci dari kesuksesan pekerjaan Tuhan. Kita tidaklah bisa mengandalkan otak kita dalam mengerjakan pekerjaan Tuhan. Kita juga tidak bisa mengandalkan talenta kita untuk itu. Tuhan Yesus membawa para rasul untuk melihat Diri Tuhan Yesus atau berfokus pada Tuhan Yesus; itulah kunci sukses kehidupan Kristen.
Setiap manusia tidak bisa lepas dari berlogika/ berpikir. Celakanya, kita tidak pernah menguji dasar pertimbangan/ logika dari setiap tindakan kita. Hawa ketika memakai logikanya lalu makan buah yang dilarang oleh Tuhan, berefek pada kematian. 10 pengintai ketika memakai logika manusia juga berujung pada kematian. Kristus mempersiapkan para rasul agar berfokus pada Diri-Nya. Hal yang ditunjukkan kepada mereka adalah Kristus tidaklah mati melainkan hidup. Inilah fokus dari logika manusia yang seharusnya. Ketika logika kita bisa terarah pada Kristus maka kita bisa terhindar dari kematian.
Sekolah Logos sedang bersiap untuk mendidik anak-anak supaya memiliki pikiran Kristus. Kepintaran kita akan ikut kepada cara pandang/ logika kita. Kita tidaklah terbiasa untuk berpikir dari sudut pandang Tuhan.
Kematian dan kebangkitan Kristus merupakan isu sentral dalam agama Kristen. Tuhan Yesus mati di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia. Inilah pusat iman Kristen. Kematian dan kebangkitan Kristus yang menjadikan kita hidup. Penebusan bukan bertujuan agar kita mendapatkan surga melainkan supaya kita beroleh hidup. Hidup yang seperti apa? Hidup yang seperti Kristus. Hanya dengan berfokus pada Kristus yang hidup barulah kita dimungkinkan untuk hidup dan menapaki hidup menuju kepada hidup yang sesungguhnya. Tulisan Lukas mengajarkan bagaimana kita menerima Kristus, mendapatkan kekuatan di dalam Kristus, supaya kita tahu bahwa Dia yang hidup juga membuat kita menjadi hidup.
Setiap orang yang berfokus kepada Kristus, dia juga berfokus pada hidupnya, sehingga dia tahu bagaimana menapaki hidupnya di dunia ini karena Kristus hidup. Kiranya kita bisa berkomitmen untuk hidup menurut kehendak Tuhan, bukan menuruti kesenangan diri.
(Ringkasan Khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Banyak orang merasa pesimis dengan tahun 2016. Masalah ekonomi, politik, khususnya moralitas dan etika, menjadi masalah yang sangat besar di tahun 2016. Moralitas yang semakin bejat, cara pikir yang semakin rusak, manusia yang bersikap suka-suka, menjadikan dunia ini tidak lagi aman. Banyak orang tidak tahu harus bagaimana bergerak di tahun ini. Tahun 2016 adalah tahun dimana kita tidak memiliki kepastian apapun. Mau tidak mau manusia akan memasuki era ketidakpastian. Sejak 400 tahun yang lalu manusia secara pelan namun pasti telah meninggalkan kepastian/ hal-hal absolut. Ketika manusia tidak kembali kepada Tuhan maka manusia tidak bisa kembali ke posisi keabsolutan yang benar dan tertinggi. Manusia yang relatif menempatkan diri sebagai penentu absolut yang menetapkan benar dan salah. Manusia menganggap otaknya bisa mengatasi semua masalah. Gagalnya manusia takluk di bawah otoritas kebenaran menjadikan dunia rusak dan memasuki era ketidakpastian.
Sejak tahun 1980 merebaklah era informasi yang mengagetkan manusia. Perkembangan era informasi meledakkan semua nilai sehingga tidak ada lagi nilai absolut. Dulu kita punya tata krama, sekarang banyak macam tata krama ada di depan mata kita. Dulu pernikahan begitu dihormati, sekarang tidak lagi sehingga muncullah seks bebas di mana-mana. Globalisasi dunia menjadikan semua nilai terkait satu dengan yang lain di seluruh dunia sehingga manusia menjadi kehilangan arah. Manusia tutup mata, tidak mau tahu dengan semua tantangan yang harus dihadapi, karena manusia takut berhadapan dengan situasi ini.
Yosua dan Kaleb beserta 10 orang pengintai yang lain masuk ke Tanah Kanaan lalu memberikan 2 macam laporan. 10 orang pengintai melaporkan bahwa Tanah Kanaan sangat subur tetapi penduduknya tinggi besar sehingga orang Israel tidak mungkin dapat mengalahkan mereka. Yosua dan Kaleb yakin bahwa mereka akan dapat mengalahkan penduduk Kanaan karena Tuhan telah menyatakannya persis sama dengan yang mereka lihat. Melihat fakta riil bukan dengan ketakutan otak manusia semata, melainkan dengan sudut pandang Tuhan. Inilah prinsip komitmen theologis. Di tengah-tengah ketidakpastian, kita memerlukan pondasi yang sangat jelas dan kokoh.
Theologis menjadi dasar mengenal Allah yang benar. Jika kita mengenal Allah yang benar maka hidup kita akan benar, sebaliknya jika kita mengenal Allah yang salah maka hidup kita akan liar. Salah mengenal Allah akan bernasib sama dengan 10 orang pengintai, yang katanya beribadah kepada Tuhan tetapi tidak pernah mengenal Tuhannya.
Doktrin pemilihan/ predestinasi sangatlah dahsyat efeknya. Tuhan telah memilih kita sejak dalam kekekalan untuk menjadi anak-anak-Nya dan menjalankan kehendak-Nya. Doktrin ini diputarbalikkan oleh pikiran yang egois yaitu: Allah memilih kita supaya kita masuk Surga. Kita bisa terlibat dalam pekerjaan Tuhan bukan karena kehebatan diri melainkan Tuhan yang telah mengatur semuanya itu, Tuhan yang memilih dan memanggil kita. Kita yang telah dipilih dan dipanggil haruslah bekerja keras untuk Tuhan. Predestinasi bukan untuk menjadikan manusia egois melainkan memberikan tuntutan agar kita menjadi manusia yang bertanggung jawab, yang menggenapkan panggilan dan rencana Tuhan dalam hidup kita.
Yosua dipilih menggantikan Musa bukan karena kapasitasnya melainkan karena Tuhan mau memakai dia menjadi pemimpin umat-Nya. Pemilihan Tuhan perlu diresponi dengan benar. Kita tidak hanya cukup memiliki komitmen theologis, yaitu mengenal Allah dan panggilan-Nya, tetapi kita juga perlu memiliki komitmen karakter/ mental. Orang dunia sadar bahwa kesuksesan seseorang bukanlah karena otaknya pandai melainkan orang yang memiliki karakter/ mentalitas sukses, yaitu orang yang mempersiapkan diri bagaimana membentuk karakter dirinya. Yang menjadi persoalan adalah kriteria sukses itu apa. Orang dunia merasa sukses ketika dia sudah mencapai nilai yang dikehendaki oleh manusia, ketika ambisi atau cita-citanya tercapai. Sayangnya, kedua hal itu belumlah titik final dari hidup manusia. Sebagai ilustrasi, seorang pelari dalam lomba maraton menetapkan kriterianya hanya sampai 15 km, dan dia mampu mencapai titik tsb sebagai orang pertama; hal ini bukanlah berarti dia sebagai pemenang dari pertandingan tsb karena kriteria pemenang adalah orang pertama yang berhasil mencapai garis final setelah berlari sepanjang 42 km. Sasaran sukses yang kita tetapkan sendiri belum tentu sesuai dengan kehendak Tuhan.
Sukses tidaknya seseorang bukanlah ditentukan oleh diri sendiri melainkan oleh otoritas di atasnya, misalnya: kesuksesan seorang murid ditentukan oleh gurunya. Tuhan memilih Abraham, Israel, Yusuf, Musa, dan Yosua; mereka sangat tahu untuk apa dan mengapa Tuhan memilih mereka. Pemilihan oleh Tuhan ini bukanlah urusan sederhana melainkan menjadi kekuatan bagi kita.
Karakter apakah yang harus menjadi respon kita? Tuhan minta kita untuk kuatkan dan teguhkan hati. Mengikut jalur Tuhan memerlukan kekuatan mental/ keteguhan hati yang tidak bisa digoyahkan oleh siapapun juga. Iblis dan dunia pasti tidak tinggal diam ketika ada manusia yang mengikut Tuhan. Kita memiliki 2 musuh besar yaitu musuh dari luar yaitu iblis dan musuh dari dalam diri yaitu bagaimana manusia berdosa ini selalu melintir menghindari pekerjaan Tuhan. Di antara 2 musuh ini, musuh dari dalam diri adalah yang lebih berat. Lao Tse mengatakan bahwa memenangkan musuh dari luar memerlukan kekuatan tetapi untuk memenangkan musuh dari dalam memerlukan bijaksana.
Masalah menguatkan dan meneguhkan hati ini disampaikan oleh Tuhan sebanyak 3 kali dalam nats hari ini. Hal ini menunjukkan bahwa masalah karakter sangatlah penting bagi Tuhan. Pengaruh filsafat Timur terhadap dunia sangatlah merusak. Filsafat Timur jauh lebih bersifat merusak daripada filsafat Barat. Salah satu ajaran dari filsafat Timur adalah: hidup hendaklah seperti air yang mengalir, ketika bertemu dengan batu maka air akan berbelok. Hal ini menunjukkan hidup yang mengapung dengan tanpa prinsip, tidak ada tuntutan berdiri tegak melainkan selalu melintir untuk mencari keamanan diri. Orang yang demikian akan dibuang oleh Tuhan.
Bagaimana menguatkan dan meneguhkan hati?
Yosua 1:7: hati-hati di setiap langkah.
Hal ini berarti: kita harus berjalan dengan tegas, berdiri teguh dalam segala situasi; dengan kata lain: kita tidak boleh salah, harus selalu peka/ sensitif apakah yang dijalankan adalah benar. Kalau meleset sedikit saja maka musuh sudah siap untuk menghabisi. Untuk itu diperlukan kekuatan bijaksana.
Dengan kepekaan seperti diatas, kita akan memiliki karakter yang mengacu hanya kepada Tuhan. Setiap hal harus dipikirkan dengan serius dan sampai matang. Yang terpenting adalah kepekaan dalam melihat realita yang dihubungkan dengan janji Tuhan. Kepekaan semacam ini akan membuat kita tidak mudah terseret oleh omongan dunia.
Jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri.
Jangan pernah kita berpikir untuk berbelok sedikit karena sekali kita berbelok maka akan sulit untuk kita balik kembali. Seorang pelari yang belok tidak akan menjadi pemenang. Seorang pelari harus terus melihat sasaran yang ditetapkan. Dengan berbelok dan mengurangi kecepatan/ santai, kita menghilangkan efektivitas. Tuhan ingin kita fokus kepada 1 sasaran, tidak boleh bercabang. Tuhan benci jika kita menduakan Dia, yaitu: mau Tuhan sekaligus dunia, mau Tuhan sekaligus setan.
Yosua 1:8: Renungkan Firman siang dan malam.
Jangan mengisi otak kita dengan berbagai spekulasi dunia tetapi isilah dengan kebenaran Firman. Orang yang dituntun oleh kebenaran Firman akan memiliki mata yang tajam dalam melihat realita dunia, tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan. Mata tajam dari seorang yang rohani akan menuntun maju dengan benar. Yosua dan Kaleb memiliki mata yang berbeda dengan 10 pengintai yang lain. Ikut Yosua dan Kaleb akan membawa kepada hidup, sedangkan ikut 10 pengintai akan membawa kepada mati. Janganlah mengikuti arus besar karena kebenaran selalu ada di arus kecil. Prinsip dari semua aspek hidup ada di dalam Firman Tuhan/ Alkitab, misalnya: prinsip manajemen yang dipaparkan oleh Alkitab adalah satu tubuh dengan satu kepala.
Yosua 1:9: janganlah kecut dan tawar hati.
Tawar hati maksudnya menyerah dan merasa capek dengan realita. Begitu manusia sampai pada titik kecut dan tawar hati maka dia akan kehilangan dinamika, standard, iman dan otak, sehingga berhentilah semua ketrampilan/ kreativitas. Orang bisa menjadi tawar hati karena terlalu ambisius, terlalu berlebih dalam bergerak. Ambisi yang benar adalah berusaha memiliki kecepatan seperti kecepatan Tuhan, atau menyamakan derap kita dengan derap Tuhan. Mencocokkan dengan derap Tuhan memerlukan penyerahan diri yang besar kepada Tuhan.
Pdt. Stephen Tong pernah mengajarkan kepada saya mengenai kehendak kita, menyerahkan kehendak untuk memikirkan kehendak Tuhan, lalu kehendak Tuhan jalan melalui kita. Beliau akan menggambar mobil Mercedes dengan memakai tangan saya. Saya memegang pensil dan beliau memegang tangan saya. Gambar tsb tidak terwujud karena saya yang sudah tahu bahwa beliau akan menggambar mobil Mercedes, maka saya ikutan mau menggambar mobil Mercedes menurut yang saya ketahui. Pada waktu beliau menggerakkan tangan saya, sayapun ikut menggerakkan tangan saya. Terjadilah ketidaksinkronan antara tangan saya dan tangan beliau. Kemudian beliau meminta saya untuk menyerahkan tangan saya sepenuhnya kepada beliau. Ketika tangan saya hanya mengikuti kemauan beliau, maka jadilah gambar mobil Mercedes yang bagus.
Kitapun seringkali mau ikut Tuhan dan kita ikutan bergerak maka hasilnya tidak bagus. Tuhan mau kita taat mutlak pada pengaturan Dia. Celakanya, kita tidak percaya bahwa Tuhan bisa atur kita sehingga kita mau ikut ambil bagian dalam mengatur. Kalau kita berserah sepenuhnya pada pengaturan Tuhan maka hasilnya akan bagus dan kita tidak perlu sampai menjadi kecut dan tawar hati. Kalau kita kecut dan tawar hati maka seluruh usaha dan perjuangan kita menjadi hancur.
(Ringkasan Khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Kita akan menyoroti tokoh Kaleb bin Yefune. Dalam Bilangan 14:24 tertulis: Tetapi hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, ... Yang dimaksud dengan lain jiwa adalah iman yang lain. Allah memperbandingkan antara orang-orang Israel yang keluar dari Mesir dengan Kaleb dan Yosua. . Jumlah orang Israel yang keluar dari Mesir adalah 603.550 orang, sedangkan hanya 2 orang itu yang lain imannya/ jiwanya karena mengikut Tuhan dengan sepenuh hati.
Dalam Yosua 14:6-12 terdapat beberapa konfirmasi lain tentang Kaleb yaitu dari Musa dan Kaleb sendiri bahwa Kaleb adalah orang yang mengikut Tuhan dengan sepenuh hati. Ayat ini menceritakan Kaleb meminta kepada Yosua untuk memberikan Hebron kepadanya menjadi milik pusakanya, seperti yang telah dijanjikan oleh Musa kepadanya. Yosua memberkati Kaleb dan memberikan Hebron kepadanya. Hebron adalah wilayah pertama yang dilaporkan oleh Kaleb kepada Musa sebagai hasil pengintaiannya atas Tanah Kanaan. 10 orang pengintai yang lainnya melaporkan bahwa Tanah Kanaan memang berlimpah susu dan madu tetapi penduduknya, yaitu orang Enak, berbadan tinggi besar, sehingga mereka tidak mungkin dapat melawannya. Yosua dan Kaleb memberikan laporan yang mirip dan berbeda yaitu: Tanah Kanaan memang berlimpah susu dan madu, penduduknya tinggi besar, tetapi kita pasti dapat mengalahkan mereka. Kaleb diutus sebagai pengintai pada umur 40 tahun, dan pada usia 85 tahun Kaleb meminta Hebron kepada Yosua. Jadi Kaleb harus menunggu selama 45 tahun untuk dapat mengalahkan dan mendapatkan Hebron, sesuai dengan janji Tuhan kepadanya.
Pada pembahasan ini kita akan melihat bagaimana Allah memelihara umat-Nya, khususnya Kaleb. Allah pasti menggenapi janji-Nya menurut waktu-Nya, artinya: tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Allah itu setia. Allah akan memberkati orang-orang yang percaya kepada-Nya. Semuanya itu sudah pernah kita dengar, tetapi ketika penggenapannya 45 tahun kemudian maka berarti janji Allah ditukar dengan hidup. Kaleb menukar hidupnya dengan janji Tuhan yang pernah didengarnya.
Hidup Kristen bukan sekedar terpesona dengan kalimat iman kekristenan, tetapi harus menukar hidup dengan janji Tuhan. Paulus berkata: persembahkanlah hidupmu kepada Allah sebagai persembahan yang kudus, yang hidup, dan yang berkenan kepada-Nya: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Bagaimana Kaleb menjalani hidupnya ketika dia menukar hidupnya dengan janji Tuhan? Kaleb bukanlah orang Yahudi melainkan keturunan Esau. Esau adalah orang yang berada di luar garis keselamatan. Esau memperanakkan Elifas, Elifas memperanakkan Kenas, Kenas memperanakkan Yefune, dan Yefune memperanakkan Kaleb. Kaleb termasuk bangsa Edom. Di Alkitab banyak diceritakan tentang orang-orang di luar garis keselamatan dan Allah menghisapnya masuk ke dalam garis keselamatan. Allah memakai orang-orang ini untuk membungkam orang-orang yang berada di dalam garis keselamatan. Sangatlah mungkin Kaleb juga berada di dalam pembuangan orang Israel di Mesir karena Mesir tidak pandang bulu memperbudak bangsa yang telah ditaklukkannya. Kaleb memperhatikan dan ikut mengalami 10 tulah Allah ketika dijatuhkan atas Mesir. Kaleb mulai melihat kerja Allah Yahweh. Kaleb mulai menangkap kebenaran lalu merangkumnya di dalam hidupnya. Di balik semuanya itu, sebenarnya Allah tengah meletakkan kebenaran demi kebenaran mengenai Diri-Nya, tentang pembebasan yang Dia kerjakan, tentang perbuatan ajaib yang Dia perbuat, sampai orang Edom ini suatu hari berkata: Tuhan, Allahku juga sama seperti Tuhan, Allahmu, seperti yang dikatakan oleh Musa. Sejak usia kecil sampai dengan usia 40 tahun pertamanya Kaleb mencoba membangun imannya. Dia juga termasuk orang yang berdebar-debar pada malam Paskah ketika orang Israel akan dibebaskan dari Mesir. Dia juga ikut merasakan sukacita pada hari orang Israel keluar dari Mesir. Kaleb sedikit demi sedikit mulai menanam benih iman tsb. Dia bukan orang percaya yang menjadi orang percaya karena providensia/ pemeliharaan Tuhan.
Arti nama Kaleb adalah anjing; mungkin sebagai gambaran kesetiaan. Kaleb belajar sedikit demi sedikit tentang Allahnya Musa. Dia melihat Allah dengan keperkasaan-Nya membelah laut Teberau, Allah menjawab Musa ketika menyampaikan sungut-sungut orang Israel di padang gurun.
Allah memelihara orang yang percaya kepada-Nya. Apakah Allah mempunyai syarat ketika berkenan pada seseorang dan memeliharanya? Ya. Allah berkenan kepada orang yang memiliki karakter seperti yang dimiliki oleh Allah sendiri. Alkitab berkata: Hendaklah kamu sempurna seperti Bapamu di Surga yang sempurna adanya. Syaratnya adalah:
Secara jujur menyadari sebuah kesulitan tetapi tetap percaya Allah.
Yosua 14:7 menyatakan bahwa Kaleb menyampaikan berita yang sejujur-jujurnya, dengan kata lain: yang sesuai dengan realita. Kaleb mengakui bahwa orang Enak memang perkasa dan hebat, tetapi dia pernah melihat Allah menaklukkan Mesir dengan 10 tulah, dan ketika Mesir masih mau berpongah terhadap Israel, Allah membelah laut dan menutup semua kekuatan militer Mesir. Mesir adalah negara yang sangat besar pada waktu itu, tetapi Allah bisa melibasnya dalam sekejap. Kaleb percaya bahwa Allah Yahweh pasti sanggup mengalahkan orang Enak. Penggenapan akan hal ini terjadi 45 tahun kemudian.
Laporan Kaleb bukan untuk mencari kesenangan manusia melainkan merupakan kumpulan kepingan kebenaran Allah. Kejujuran ini berkorelasi dengan sepenuh hati. Kaleb mengikut Tuhan dengan sepenuh hati. Allah sangat berkenan akan hal ini, tetapi kebenaran itu harus menjadi milik Kaleb sendiri/ kita sendiri.
Cara Tuhan memelihara seseorang dengan cara memelihara kebenaran tentang Diri-Nya. Roh Kudus suatu hari nanti akan bersaksi bahwa kita adalah anak-anak Allah. Kesaksian itu lahir dari pergumulan untuk mau menerima walaupun belum memahami sepenuhnya, mau mencari Dia dengan segenap hati. Hal ini menunjukkan hati yang mulai condong walaupun belum mempunyai pondasi yang kuat. Allah yang mencondongkan hati, Dia pula yang akan menjaganya supaya tidak goyah, Dia yang akan pelihara hati tsb, Dia yang akan memberi kehidupan sedikit demi sedikit sehingga orang tsb akan menemukan apa arti dari percaya. Usia 0-40 tahun merupakan ronde bagi Kaleb untuk menemukan kepercayaannya.
Melihat hidup sebagai pertanggungjawaban kepada Allah.
Yosua 14:10 demikian: Jadi sekarang, sesungguhnya Tuhan telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya.
Pertanggungjawaban disini bukan berbicara mengenai akhir kehidupan melainkan bagaimana memahami pemeliharaan Allah dalam proses hidup. Pertanggungjawaban itu di sepanjang hidup kita. Sepanjang 45 tahun Kaleb memelihara sensitivitas/ kepekaan akan kehadiran Allah. Dia sudah melewati banyak kesusahan bersama dengan Musa dan Yosua, dia melihat kemenangan dan kekalahan di bawah pimpinan Yosua, dia mengamati semuanya itu dan Allah memberkatinya. Ayat diatas keluar dari mulut Kaleb, menunjukkan sensitivitas dia akan kehadiran Allah dalam hidupnya.
Augustinus menulis buku berjudul ‘’Confession’’ yang berisikan perjalanan dia mencari Allah. Ada 1 kalimat dalam buku tsb yang menyatakan: namun mengapa aku terlambat mengenal Dia? Augustinus bertobat di usia tua. Pertanyaan itu tidak dapat dijawab oleh manusia dan hanya Allah yang tahu jawabannya. Mungkin Allah pernah memberikan kepingan-kepingan kebenaran yang diabaikan oleh Augustinus. Dengan kata lain: sensitivitas kehadiran Allah terlambat datangnya bagi dia. Dia begitu menyesal karena telah membuang kesempatan. Allah berbicara, Allah hadir, Allah menopang dan Allah menolong, tetapi semuanya itu dianggap sebagai sampah/ hal yang biasa.
Hari-hari yang sudah kita lalui sampai dengan saat ini, di baliknya adalah Allah telah menopang hidup kita, Dia mengajarkan kepada kita untuk menemukan dan merasakan kepekaan kehadiran-Nya. Pada waktu Dia hadir maka semua ketidakbenaran harus sirna, tidak boleh ada kebohongan dan kita sejujur-jujurnya memberitahukan kebenaran. Allah berkenan kepada orang seperti ini dan Dia pasti akan memberkatinya. Walaupun sudah puluhan tahun kita menjadi Kristen, kalau kita tidak punya sensitivitas kehadiran Allah maka kita seperti orang yang menunggu waktu mati.
Hidup kita merupakan hutang kebaikan Allah, artinya: kita berhutang sensitivitas kehadiran Allah. Allah hadir dalam hidup orang percaya dan Dia berbicara dengan cara-Nya. Hanya orang yang hatinya condong kepada Allah yang bisa membedakan hal yang benar dan salah, karena jalan-Nya Allah adalah terang, lurus dan kebaikan. Dia tidak akan membiarkan kita merasa teduh didalam kepalsuan hidup dan semua kebohongan. Dia akan menggelisahkan hati kita kalau Dia berkenan. Dia akan membuat jantung kita berdebar-debar, tidak bisa tidur semalaman, tidak memiliki damai sejahtera ketika kita berbohong dan menista Allah.
Orang yang hidup didalam kebenaran Allah, seperti Kaleb, akan diberkati oleh Tuhan. Orang seperti ini akan menemukan janji Allah digenapi dan muncul satu persatu dalam hidupnya.
Tetap mencondongkan hati dalam masa vakum.
Allah akan menunjukkan bahwa Dia tetap sama dalam hal penyertaan-Nya. Kaleb mempunyai segala sesuatu yang diperlukan oleh orang percaya yaitu: hati yang jujur, tulus, condong kepada Allah, hidup didalam kebenaran. Yosua 14:12 demikian: .... mungkin Tuhan menyertai aku, sehingga aku menghalau mereka, seperti yang difirmankan Tuhan. Mengapa mungkin? Kaleb sudah bertanggung jawab tetapi ada satu waktu dalam hidupnya dia mengalami kondisi vakum. Inilah cara Tuhan untuk memelihara Kaleb supaya tidak sombong karena dia sudah memiliki banyak prestasi didalam menyertai Musa dan Yosua, dan dia adalah salah satu dari 2 orang yang diperbolehkan memasuki Tanah Kanaan. Kaleb adalah orang khusus di mata Allah dan penyertaan Allah benar-benar nyata di dalam kehidupannya. Kondisi vakum itu milik Tuhan yang tidak boleh dimasuki oleh manusia supaya manusia bisa rendah hati.
Kaleb tidak tahu apa yang akan terjadi ketika dia merebut Hebron. Hal ini menunjukkan bahwa Allah masih mau mengajarkan kepada dia untuk menemukan kebenaran dan sensitivitas kehadiran Allah. Lamanya waktu vakum tidak kita ketahui karena itu adalah wilayah Allah. Beranikah kita menukar hidup kita dengan kevakuman itu? Masa vakum adalah masa dimana kita mempertanyakan penyertaan Tuhan walaupun kita tahu bahwa Dia telah menyertai kita pada waktu sebelumnya. Dalam masa vakum itu kita seharusnya berkata: Tuhan, aku tetap mencondongkan hatiku kepada-Mu. Aku mau sejujur-jujurnya berkata bahwa aku susah, tapi aku mempunyai hati yang condong kepada-Mu. Mohon di tempat itu Engkau memberkatinya. Tuhan berkenan akan hal ini dan Dia pasti akan memberkati.
(Ringkasan Khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Banyak orang menyatakan bahwa tahun 2016 adalah tahun yang sulit sehingga orang kebanyakan bersifat pesimis. Secara kasat mata kita melihat adanya 3 masalah besar yang akan dihadapi di tahun 2016. Masalah yang paling besar dan berat adalah problematika moralitas. Dunia modern adalah dunia yang kehilangan etika dan moralitas. Manusia tidak lagi mempunyai patokan konsep moralitas. Hal ini menjadi bahaya besar bagi dunia karena hukum tidak bisa ditegakkan lagi. Jika manusia tidak mempunyai dasar etika maka kita tidak lagi mempunyai patokan apa yang disebut baik dan jahat maupun benar dan salah. Akhirnya kekuasaan yang menjadi penentu. Siapa yang kuat, punya uang, dan berani akan menjadi pengatur apapun menurut anggapannya sendiri.
Masalah kedua adalah masalah ekonomi. Semangat dunia di abad ke-19, yang sangat dipengaruhi oleh oportunis dan hedonis, yang sangat mementingkan diri, membawa dunia kepada kehancuran tatanan ekonomi dunia. Tahun 1998 merupakan awal kehancuran, sedangkan tahun 2008 dunia mengalami kehancuran total. Tahun 2016 ini Cina juga akan mengalami goncangan ekonomi yang dahsyat, yang akan berdampak pada dunia.
Masalah ketiga adalah masalah keamanan. Dunia tanpa disadari menjadi pendukung terorisme. Para pengungsi kebanyakan adalah orang oportunis yang menjadi teroris dengan tujuan menyebarkan agama Islam. Kalau memang terorisme berlawanan dengan Islam, seharusnya orang-orang Islam yang lebih keras melawannya. Faktanya orang Islam tidak bereaksi terlalu keras terhadap para teroris. Jadi terorisme hanyalah alat untuk menghancurkan kestabilan ekonomi, politik, dan situasi sosial di dunia Barat. Dunia Barat terus diteror sehingga masyarakat tidak lagi mempunyai kenyamanan hidup.
Cara termudah untuk menghadapi ketiga permasalahan diatas adalah tutup mata, tidak mau tahu. Orang Kristen tidak seharusnya bertindak seperti itu. Dalam khotbah tahun barunya, Pdt. Stephen Tong menyatakan bahwa salah satu prinsip yang salah dari orang Asia mengenai bijaksana adalah semakin licik seseorang maka semakin bijaksana dia. Di dunia Timur kebijaksanaan selalu tidak dikaitkan dengan kebenaran dan kesucian. Hal ini tidaklah sesuai dengan konsep kekristenan.
Pada kesempatan ini kita akan melihat tentang apa yang dikerjakan oleh Yosua, sebagai orang yang dipilih Tuhan untuk memimpin satu babak baru di dalam sejarah umat Tuhan. Orang-orang yang mau berkait dengan Tuhan, yang akan bersekutu bersama dengan Tuhan, yang akan berakhir bersama Tuhan adalah orang-orang yang berada di dalam garis merah sejarah umat Tuhan. Di dalam garis merah inilah Tuhan memilih orang-orang-Nya untuk boleh ikut bekerja di tengah dunia dengan format yang berbeda. Orang-orang inilah yang menjadi pimpinan/ pengarah dari kehidupan orang yang mau kembali ke Surga.
Yosua adalah manusia biasa yang dipakai dengan begitu indah oleh Tuhan. Dia tidak mempunyai prestasi yang menonjol, ataupun kekuatan yang dahsyat. Kalau Tuhan tidak memilih dia, mungkin dia hanya akan menjadi sebuah figuran dalam sejarah. Yosua baru ‘’muncul’’ ketika menjadi salah satu dari 12 orang pengintai, yang dikirim ke Tanah Kanaan.
12 orang pengintai melihat fakta yang sama dari Tanah Kanaan. Ketika kembali 10 orang memiliki analisa yang begitu rapi dan argumentasi yang begitu kuat, bahwa orang yang ada di Tanah Kanaan sangatlah kuat, terorganisir dengan sangat baik, memiliki kemampuan perang yang luar biasa, memiliki badan besar dan kuat. Orang Israel tidaklah diperlengkapi dengan baik untuk berperang dan bukanlah tentara profesional. Kesimpulan mereka adalah orang Israel pasti kalah jika berhadapan dengan penduduk Tanah Kanaan. Kesimpulan ini benar secara data empiris, secara rasional, maupun secara argumentasi logika.
Ada 2 orang, yaitu Kaleb dari suku Yehuda dan Yosua dari suku Efraim, yang memilii pendapat berbeda. Mereka melihat fakta yang sama dengan 10 pengintai yang lain, tetapi mereka juga melihat apa yang tidak dilihat oleh orang biasa, yaitu melihat melampaui realita. Orang Kristen yang hanya bisa menghitung dari realita, menunjukkan bahwa dia belum mengerti tentang kehidupan Kristen yang sejati. Yosua dan Kaleb menyatakan bahwa Tanah Kanaan persis seperti yang dijanjikan Tuhan, yaitu kaya akan susu dan madu, maka tanah tsb pasti akan diberikan Tuhan kepada orang Israel. Cara lihat Kaleb dan Yosua adalah dengan menghubungkan Firman Tuhan dengan realita. Hal inilah yang tidak dimiliki oleh 10 orang pengintai yang lain. Jadi demokrasi, yang memihak orang banyak, bukanlah jalan keluar yang baik. Kalau saat itu kita ada di sana, kepada siapa kita akan memihak? Sangatlah langka orang yang memihak Kaleb dan Yosua, karena apa yang dilakukan oleh keduanya tidaklah lazim. Kedua orang ini adalah tokoh iman.
Iman bukanlah sebuah ideologi, bukan angan-angan maupun ambisi. Iman adalah menghubungkan kebenaran Tuhan dengan realita. Yosua dan Kaleb adalah orang yang memiliki mata Tuhan. Orang yang demikian akan Tuhan pakai di tengah dunia ini. Orang yang memiliki mata Tuhan adalah orang Kristen sejati, yang akan dipelihara dan dipakai oleh Tuhan.
Sepuluh orang pengintai beserta seluruh orang Israel, kecuali Kaleb dan Yosua, yang terbawa oleh kondisi dunia dan takut menghadapinya, dibuang oleh Tuhan. Tuhan tidak menyanggah argumentasi 10 orang pengintai, tetapi Tuhan membiarkan orang Israel berputar-putar di padang gurun selama 38 tahun sampai generasi tsb habis. Umat Israel yang keluar dari Mesir sudah bersunat. Sampai semuanya ini sudah habis, tinggallah umat Israel yang belum bersunat, yang diperbolehkan Tuhan untuk memasuki Tanah Kanaan.
Ketika orang Israel meminta seorang raja, Tuhan juga memberikannya kepada mereka. Saul, raja pertama Israel, adalah orang yang 1 kepala lebih tinggi dari orang Israel lainnya dan pandai berperang, sangatlah cocok menjadi raja menurut pandangan mata manusia. Tuhan mengirimkan musuh yang 3 kepala lebih besar dari orang Israel. Saul tidak berani sama sekali melawan musuh tsb walaupun Tuhan dilecehkan/ dihina. Lalu Tuhan mengirimkan raja pilihan-Nya, yang berperawakan kecil, pipinya kemerahan, tidak bisa berjalan dengan baju zirah. Akhirnya orang inilah yang mengalahkan musuh tsb diatas. Dalam sejarah, mata manusia seringkali berbeda dengan mata Tuhan. Ketika kita tidak bisa melihat seperti Tuhan melihat maka kita akan ketakutan, salah lihat, salah langkah, dan keputusan kita akan salah.
Yosua dipakai Tuhan untuk memimpin orang Israel memulai hidup baru di Tanah Kanaan. Yosua harus memimpin orang Israel menaklukkan suku-suku Kanaan. Akhirnya semua tempat/ wilayah yang Tuhan janjikan dapat ditaklukkan oleh orang Israel. Yosua, di tengah zaman yang begitu sulit, dengan tantangan yang begitu berat, dalam situasi yang tidak masuk akal, mendapatkan pimpinan Tuhan sehingga dapat sukses mengerjakan tugasnya. Yosua bukanlah orang hebat, melainkan hanya orang biasa secara kapasitas. Dia luar biasa dalam hal iman dan dipakai oleh Tuhan.
Apa yang menyebabkan Yosua menjadi orang luar biasa? Kuncinya terletak pada apa yang sudah Tuhan rencanakan sejak semula. Ada 3 komitmen yang Tuhan tuntut dari Yosua, yang dapat dipenuhinya. Kalau komitmen tsb juga menjadi milik kita maka Tuhanpun akan menyertai dan memberkati kita. Ketiga komitmen tsb adalah: komitmen theologis, komitmen mental, komitmen strategis/ praktis.
Komitmen yang terutama adalah komitmen theologis. Dalam hal ini kita melihat bagaimana Yosua berjalan berdasarkan pemilihan Tuhan. Yosua dididik untuk beriman kepada Tuhan sejak masih kecil. Yosua memiliki hidup yang berpusat pada Tuhan sehingga memiliki mata Tuhan. Tuhan memilih umat-Nya, memilih Yosua, memilih Daud, memilih Paulus. Umat pilihan Tuhan akan memiliki mata Tuhan. Tuhan memilih umat-Nya untuk menjalankan kehendak-Nya. Pemilihan Tuhan ini menjadi kekuatan besar bagi umat-Nya untuk melangkah dan mengerjakan yang terbaik sampai tuntas.
Kita tidak perlu memikirkan penerus/ pengganti kita dalam mengerjakan pekerjaan Tuhan karena hal tsb bukanlah urusan kita melainkan tergantung pada pemilihan Tuhan. Kita harus selalu ingat bahwa pekerjaan Tuhan adalah milik Tuhan dan mutlak tergantung pada kedaulatan-Nya. Yang menjadi tanggung jawab kita adalah menggenapkan kehendak Tuhan dalam hidup kita.
Pdt. Stephen Tong menggumulkan panggilan Tuhan untuk dia mendirikan sebuah gerakan selama 10 tahun. Setelah itu dia keluar dari SAAT dan mendirikan gerakan Reformed Injili. Dia terus menggumulkan dan mengerjakan kehendak Tuhan dalam hidupnya sehingga berdirilah museum Sophilia Art Center, Aula Symphonia Jakarta. Semuanya itu dia kerjakan dengan proses pembelajaran yang lama dan dengan pengorbanan diri yang besar. Tuhan panggil dia untuk menggarap mandat budaya. Orang Kristen harus menguasai Alkitab dan tahu bagaimana berhadapan dengan bidang seni, kedokteran, ekonomi, dll. Umat Tuhan harus diperlengkapi dalam waktu lama untuk dapat mengkritisi semua bidang kehidupan dari sudut pandang Firman Tuhan. Tuhan pilih sejak dari kekekalan dan persiapkan/ memperlengkapi orang pilihan-Nya tsb sejak dari kecil. Tuhan akan memunculkan orang-orang tsb menurut waktu-Nya. Janganlah kita lari kalau kita dipersiapkan untuk itu. Orang yang akan dipakai Tuhan, terlebih dahulu ‘’dianiaya habis’’ oleh Tuhan.
Allah kita adalah Allah yang hidup, yang berdaulat, yang menuntut umat-Nya untuk takut akan Dia dan taat kepada-Nya. Seluruh alam semesta berlaku hukum sebab-akibat baik secara natural maupun dari sisi Tuhan. Misalnya: terjadi bencana alam adalah akibat dari ulah manusia yang merusak alam, tetapi dari sisi Tuhan ada sebab-akibat tersendiri yang perlu dipikirkan yaitu: mengapa terjadi di tempat itu, mengapa menimpa orang itu, dll. Cara Tuhan berbeda dengan cara manusia, misalnya: untuk menaklukkan Yerikho orang Israel harus perang; Tuhan memerintahkan orang Israel untuk berjalan mengelilingi tembok Yerikho sampai akhirnya tembok tsb runtuh.
Selain itu, kita juga memerlukan bijaksana Tuhan, sehingga kita bisa bergerak tepat sesuai dengan waktu Tuhan dan kecepatan Tuhan, kita tidak menjadi kuatir dan lengah. Yosua setelah menjalankan tugas sebagai pengintai, dia kembali menjadi orang biasa selama 38 tahun. Setelah Musa mati barulah Tuhan memerintahkan Yosua untuk maju sebagai pemimpin Israel. Demikian juga halnya dengan Daud, yang naik tahta 23 tahun kemudian setelah dia diurapi oleh Samuel. Kita harus belajar sabar menunggu waktu Tuhan. Ketika waktunya tiba, kita juga harus dapat bergerak dengan kecepatan seperti yang Tuhan inginkan. Begitu waktu Tuhan tiba, Yosua memberi waktu 3 hari untuk orang Israel bersiap-siap maju perang. Kita perlu memiliki komitmen theologis sebelum melangkah menjalankan tugas dari Tuhan, yaitu: sadar akan pemilihan Tuhan, takut akan Tuhan yang berdaulat atas hidup kita, minta bijaksana Tuhan supaya dapat mengerti waktu, prinsip, strategi Tuhan, dan apa yang menjadi kausalitas di dalam dunia. Dengan komitmen ini kita akan menjalani tahun 2016 dengan stabil dan tidak takut maupun kuatir.
(Ringkasan Khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Kitab Yakobus adalah kitab praktis kehidupan manusia. Permasalahan kehidupan manusia bisa digolongkan menjadi 3 yaitu: penderitaan, pengetahuan dan uang. Kalau kita bisa berespon dengan tepat terhadap 3 hal tersebut maka hidup kita tidak akan menjadi ruwet. Tidak ada seorangpun manusia yang bisa lolos dari 3 permasalahan itu.
Bagaimana kita bisa keluar dari ruwetnya permasalahan hidup? Jika kita berani menerima nasihat dari Alkitab, walau keras sekalipun, untuk mengkoreksi hidup kita. Kita harus berani mengakui kesalahan kita lalu kembali kepada Tuhan. Manusia kebanyakan tidak suka dimarahi. Orang yang selalu berhati-hati dalam bekerja dan siap hati untuk dimarahi adalah orang yang maju. Dunia menganjurkan untuk tidak berbicara keras. Inilah yang menjadi salah satu isu utama dalam post-modern. Manusia post-modern tidak suka dengan pembicaraan yang keras, yang bersifat menentang/ menyerang. Contoh kalimat yang dianggap menyerang adalah: Yesus Kristus adalah satu-satunya Juruselamat, tidak ada yang lain. Menurut orang post-modern sebaiknya dikatakan bahwa setiap orang mempunyai jalannya sendiri-sendiri untuk selamat. Orang post-modern lebih menyukai naratif theologi, yang dianggap tidak bersifat menyerang.
Yakobus 5 berisikan kalimat-kalimat yang begitu keras. Konsep yang dipaparkan dalam Yakobus 5:1 melawan konsep yang dipaparkan oleh dunia, yang diterima oleh sebagian besar manusia, bahkan orang Kristen sekalipun. Di abad ke-20 pengaruh sekularisme sudah begitu dahsyat, materialisme humanistis begitu merajalela. Sejak abad ke-19 manusia sudah digiring masuk ke dalam abad atheis humanis, dimana Tuhan ditiadakan. Apa yang paling dibutuhkan oleh manusia untuk dapat mencapai keinginan dirinya? Kebutuhan final manusia bukanlah aktualisasi diri melainkan kekuasaan dan menjaga kelanggengan kekuasaan. Ketika manusia membuang Tuhan, manusia tetap membutuhkan adanya kuasa. Menurut Machiaveli, kuasa tidak identik dengan hal yang negatif. Kuasa diperlukan untuk menjalankan kebajikan. Sebagai contoh, Gubernur DKI Jakarta, yang dikenal dengan sebutan Ahok, bisa membereskan Jakarta dengan kuasanya. Walau tidak dipungkiri bahwa kekuasaan juga memiliki sifat yang berbahaya yaitu kekuasaan yang bukan beresensi kekuasaan. Manusia menginginkan kekuasaan yang tidak asli karena kekuasaan itu ingin dikuasainya. Kekuasaan yang asli lebih besar dari diri manusia. Ketika manusia ingin menguasai kekuasaan berarti dia menempatkan diri lebih tinggi dari kekuasaan itu sendiri.
Machiaveli memberikan cara untuk mendapatkan kekuasaan yaitu melalui militer. Dengan kekuatan militer manusia bisa menuntut orang lain untuk tunduk kepadanya. Manusia akan tunduk karena takut akan ancaman dari kekuasaan yang lebih tinggi. Dalam skala dunia, negara-negara berusaha untuk menjadi negara adidaya, yaitu negara yang memiliki kekuatan militer yang besar. Dalam perjalanan sejarah, terbukti bahwa kekuasaan secara militer tidak bisa bertahan. Kekuasaan melalui kekuatan militer habis pada paruhan pertama abad ke-20. Kekuasaan melalui kekuatan militer bisa menimbulkan tindakan kekerasan balik ketika manusia yang tertindas sudah tidak tahan lagi.
Post-modern menawarkan cara lain untuk mendapatkan kekuasaan yaitu dengan cara: materialisme. Kuasa uang jauh lebih besar, lebih halus, dan lebih efektif daripada kuasa militer. Hal ini mulai dijalankan pada paruhan kedua abad ke-20. Negara-negara mulai berebut menjadi penguasa ekonomi karena uang bersuara terlalu keras, uang memiliki kuasa yang besar. Jiwa cinta uang ini sudah merasuki banyak manusia termasuk orang Kristen. Kita pikir kalau memiliki uang banyak maka hidup kita akan enak. Dengan uang kita bisa membeli apapun. Uang bisa dipakai untuk membeli/ mendapatkan kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan itu. Uang bisa menjadi kekuatan pembangun sekaligus penghancur. Uang bisa dipakai untuk mendapatkan apa saja yang kita sukai. Uang juga menentukan banyak aspek, misalnya: keluarga bisa berantakan karena uang, perusahaan bisa bertahan karena uang, pemerintahan berjaya jika ekonomi negara bagus.
Apakah Alkitab setuju dengan asumsi dunia tersebut diatas? Nats hari ini menyatakan posisinya yaitu: hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas segsara yang akan menimpa kamu! Berita ini begitu kontras dengan yang dunia ajarkan. Alkitab mengajarkan agar manusia tunduk pada kuasa Tuhan, bukan kuasa uang.
Apakah Alkitab/ Allah melarang orang untuk menjadi kaya? Allah tidak pernah menghalangi manusia untuk berbuat sesuatu. Allah memberikan prinsip kausalitasnya. Kausalitas adalah reaksi yang akan muncul akibat dari aksi tertentu. Hukum kausalitas merupakan hukum kekekalan, artinya: tidak bisa diganggu gugat. Tuhan tidak melarang manusia untuk menjadi kaya, tetapi Yakobus 5:1 menyatakan kausalitasnya. Semua orang yang kaya mengalami kesengsaraan, misalnya: Abraham, Ayub, Daud, Salomo.
Menurut Alkitab, kekuasaan tidak harus diperoleh dengan kekuatan militer maupun uang. Lalu darimanakah manusia bisa mendapatkan kuasa? Ada 1 kuasa sejati, yang tidak bisa dikuasai oleh manusia, yaitu kuasa Allah. Manusia ingin bisa menguasai kekuasaan, berarti manusia ingin memiliki kuasa di atas kekuasaan itu sendiri. Logika manusia terjepit oleh permainan dunia. Logika bisa beres jika logika takluk/ menjadi budak iman. Logika manusia sangatlah bodoh dan terbatas. Logika haruslah ditaklukkan di bawah kebenaran iman, kalau tidak demikian maka logika akan menjadi penyesat kita. Logika kekuasaan adalah bila kita takluk di bawah kekuasaan tertinggi. Kembali kepada ilustrasi tentang Ahok, secara kekristenan Ahok bisa memiliki kuasa karena mujizat, ada kuasa Tuhan yang membuat hal itu bisa terjadi. Inilah logika diatas logika. Jika kuasa Tuhan yang jalan maka kuasa yang lain harus takluk kepada-Nya.
Bagaimana manusia berurusan dengan kuasa Allah? Kalau manusia tidak bisa menaklukkan kuasa Allah maka satu-satunya jalan adalah manusia memasukkan diri ke dalam kuasa Allah. Inilah yang dituntut oleh Alkitab, khususnya Kitab Yakobus. Kuasa militer sudah hancur, demikian juga suatu saat nanti dengan kuasa ekonomi. Hanya kuasa sejati yang akan terus berlangsung.
Bagaimana manusia berurusan dengan kekayaannya? Manusia yang bisa melepaskan kekayaannya adalah manusia yang luar biasa dan akan mendapatkan ketenangan hidup. Sebagai ilustrasi, Warren Buffet adalah salah satu orang terkaya di dunia. Kekayaannya berlimpah dari hasil kerja dia menginvestasi perusahaan yang tidak lagi memiliki nilai investasi alias bangkrut. Perusahaan yang sudah sehat kembali kemudian dia jual. Pekerjaan seperti ini yang disebut sebagai pekerjaan penebusan, yaitu hal yang jelek/ rusak menjadi bagus setelah dikerjakan. Pekerjaan penebusan seharusnya dikerjakan oleh semua anak Tuhan. Warren Buffet tidak diperbudak oleh kekayaannya. Dia tetap tinggal di rumahnya yang lama, bahkan berencana untuk menjual dan menggantinya dengan rumah yang lebih kecil karena anak-anaknya sudah berkeluarga dan tinggal di rumah mereka masing-masing. Anak-anaknya juga bersedia melepaskan hak waris atas harta ayahnya. Seluruh kekayaannya diserahkan kepada yayasan sosial. Hidup seperti ini akan tenang dan tidak panik.
Mari kita belajar untuk tidak menumpuk kekayaan bagi diri kita sendiri tetapi kita harus bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Semakin kita menumpuk kekayaan maka hidup kita akan semakin celaka. Alkitab berkata bahwa kita akan menangis dan meratap jika kita menjadi kaya, apalagi jika kita mendapatkan kekayaan dengan menindas orang.
Alkitab menunjukkan esensi kehidupan. Manusia ingin hidup nyaman dan tenang tetapi manusia yang membuat hidupnya menjadi susah. Mari kita mengevaluasi hidup kita. Beranikah kita mendapatkan koreksi dari Alkitab? Cukup rendah hatikah kita untuk mau berubah seturut dengan Firman Tuhan?
Pengkhotbah 5:7-19 memberikan ulasan yang sangat jelas. Ayat ini berisikan penggambaran dari seorang raja yang kaya mengenai hal-hal yang dicari oleh semua orang. Kalau kita menuruti kata dunia dan ribut dengan kekayaan kita semata maka hidup kita akan sengsara dan celaka. Mari kita kembali ke jalur Tuhan dan membiarkan Tuhan menjadi penguasa tertinggi di dalam hidup kita. Semua yang Tuhan berikan kepada kita wajib kita kerjakan baik-baik dengan semangat penebusan, untuk menjadi berkat bagi banyak orang dan memuliakan Tuhan.
(Ringkasan Khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Empat tahun yang lalu ketika saya berada di Indonesia, saya bersama dengan misionaris lain dari USA serta beberapa teman dari Indonesia melakukan perjalanan ke kota Malang. Kami tiba di Malang pada sore hari dan sudah agak gelap. Sesampainya di Malang kami singgah di sebuah restaurant. Setelah mobil diparkir, saya membuka pintu mobil dan keluar dari mobil. Saya menoleh ke kiri untuk melihat apakah ada mobil/ motor yang melintas. Saya tidak melihat ada mobil/ motor melintas, lalu sayapun mengambil langkah maju. Setelah maju 2 langkah, ada sebuah sepeda motor dengan kecepatan tinggi melintas hampir menabrak saya. Saya menghindar dan jatuh ke belakang. Kalau saja saya tertabrak, pastilah saya langsung meninggal. Dari pengalaman ini saya belajar 1 hal yaitu: engkau harus tahu ke arah mana engkau harus melihat, kalau tidak engkau akan mengalami masalah.
Saya sudah melihat ke arah yang salah karena sejak kecil saya diajar untuk melihat ke kiri terlebih dahulu, sedangkan di Indonesia orang diajar untuk melihat ke kanan. Saya juga belajar 1 hal yaitu: ketika berada di Indonesia kita harus melihat ke kanan terlebih dahulu.
Saya menceritakan hal di atas dengan alasan bahwa dalam nats hari ini Paulus sedang mengajarkan ke arah manakah kita harus melihat. Paulus mengajar kita untuk melihat ke 4 arah yaitu:
1) Melihat ke atas (Kolose 3:1-2)
Dalam Kolose 2 Paulus mengajarkan tentang orang percaya yang bersatu dengan Kristus. Paulus memberitahu jemaat di Kolose bahwa mereka sudah bersatu dengan Kristus; mereka mati bersama Kristus, dikuburkan bersama Kristus, dan dibangkitkan bersama Kristus. Dalam Kolose 3 Paulus mau mengajarkan bahwa orang-orang percaya secara posisi sudah dibangkitkan bersama Kristus. Allah melihat kita sebagai orang yang telah dibangkitkan bersama Kristus (secara posisi). Pada suatu hari nanti kita secara praktikal akan dibangkitkan bersama Kristus. Kita akan mengalami kebangkitan tubuh.
Dalam Kolose 3:1 Paulus sedang membicarakan kebangkitan secara posisi, dan pada saat yang sama kita harus mengarahkan pikiran kita ke atas. Hal ini disampaikan sebanyak 2 kali. Dikatakan bahwa kita harus mencari perkara yang di atas dan kita harus memikirkan perkara yang di atas. Hal ini dinyatakan sampai 2 kali dengan maksud untuk menekankan. Paulus juga memakai kata ‘’to set’’ yang berarti mencari dan menggali sesungguh-sungguhnya. Dalam bahasa Yunani, hal ini ditulis dalam bentuk perintah, yang bersifat terus menerus, bukan hanya sekali dipikirkan.
Kita harus menetapkan perhatian kepada hal-hal di atas, memikirkan hal-hal rohani tentang pengharapan kita didalam Kristus, tentang nilai-nilai kekal dan keinginan Sang Juruselamat kita. Hal-hal seperti itulah yang seharusnya ditetapkan dalam pikiran kita, yang mengisi sebagian besar kehidupan kita. Paulus tidak bermaksud mengajak kita melarikan diri dari semua aktivitas keseharian kita. Paulus tidak menganjurkan kita untuk pergi ke biara dan menjadi biarawan. Kita semua masih berada dalam lingkungan pekerjaan dan keluarga. Yang dimaksud oleh Paulus adalah sejak dari sekarang orang Kristen akan melihat segala sesuatu dari terang kekekalan, dan kita tidaklah boleh berfokus pada hal-hal duniawi, kita tidak boleh dikuasai oleh hal-hal yang ada di dunia ini karena semuanya itu akan sirna. Hal-hal duniawi itu tidaklah boleh menjadi tujuan hidup kita.
Beberapa minggu yang lalu saya berkesempatan berbincang-bincang dengan seorang pemuda di gereja saya. Pemuda ini merasa terpanggil untuk menjadi seorang misionaris. Dia sempat melakukan perjalanan misi pendek ke Indonesia. Pemuda ini memiliki seorang paman yang sangat kaya. Dalam sebuah pertemuan dengan seluruh keluarga besarnya, pamannya berkata kepadanya: ‘’Kaleb, apa rencana hidupmu?’’ Kaleb menjawab: ‘’Saya percaya bahwa Tuhan memanggil saya untuk menjadi seorang misionaris.’’ Sang paman bertanya: ‘’Apakah menjadi seorang misionaris akan mendapatkan gaji yang tinggi?’’ Di sini kita bisa melihat adanya cara pandang nilai yang berbeda. Yang dipikirkan dan dikuatirkan oleh sang paman hanyalah uang, sementara pemuda ini menetapkan pandangannya kepada kekekalan. Sang paman bersifat duniawi sedangkan si pemuda bersifat surgawi. Inilah yang dimaksud oleh Paulus bahwa orang Kristen harus menetapkan pandangannya ke atas dan bukan kepada hal-hal duniawi.
William Barclay, seorang professor, theolog dan juga pendeta dari Scotland, dalam buku tafsirannya menulis: orang Kristen akan lebih memikirkan untuk memberi daripada menerima, melayani lebih daripada menguasai, mengampuni lebih daripada balas dendam; orang Kristen akan melihat bukan seperti yang dilihat oleh manusia pada umumnya melainkan seperti yang dilihat oleh Tuhan. Dalam bagian ini William Barclay sudah menangkap apa yang dimaksudkan oleh nats hari ini.
Sebagai aplikasinya, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan yaitu: apakah engkau hidup memikirkan hal-hal duniawi, apakah engkau dalam keseharianmu pernah memikirkan tentang kekekalan/ surga, apakah kehidupanmu betul-betul berpusat pada Kristus dan mempermuliakan Dia, apakah orang-orang dekatmu menilai engkau sebagai orang yang sangat berpikiran rohani, apakah Kristus menjadi fokus hidupmu?
2) Melihat ke belakang (Kolose 3:3)
Dalam ayat ini kata kerjanya ditulis dalam bentuk lampau, yang menunjuk kepada momen kelahiran baru, ketika kita sudah mati terhadap dosa, diri kita, dan kedagingan kita. Dalam Roma 6:5-7 Paulus memperluas pemikiran ini; semuanya sudah terjadi di masa lampau ketika kita menjadi orang percaya. Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus akan mati bersama Kristus. Dirinya sudah mati, sehingga hidup lamanya sudah berhenti/ hilang; kehidupan lamanya diubahkan.
Mungkin kita berpikir bahwa sampai sekarang ini kita masih berdosa, masih ada dosa yang terus mengikuti kita, dan masih banyak kebiasaan dosa yang mengikuti kita. Kita merasa sulit untuk melepaskan diri dari semuanya itu. Lalu apa yang harus kita lakukan? Kita harus berkata kepada diri kita bahwa kita sudah mati untuk dosa itu, maka dia tidak boleh lagi menguasai kita, kita tidak mau diperbudak lagi oleh dosa. Ketika dosa itu kembali menggoda kita, kita haruslah memikirkan ayat ini bahwa kita telah mati atas dosa itu; dosa harus pergi dari hidup kita karena Kristus telah menyingkirkannya.
Kita perlu menengok ke belakang kepada kematian Kristus. Dosa-dosa kita sudah dibayar lunas, dimana kita sudah mati bersama Kristus dan dengan itu dosapun telah dimatikan.
3) Melihat ke dalam (Kolose 3:3)
Paulus menuliskan bahwa hidup kita tersembunyi bersama dengan Kristus. Kalimat ini ditulis dalam arti terus menerus. Tersembunyi mempunyai 2 pengertian dasar yaitu:
a) sebuah pembungkusan, maksudnya adalah hidup kita mendapatkan pengisian secara rohani dari sebuah sumber air rahasia.
Dalam pertemuan antara Tuhan Yesus dengan seorang perempuan Samaria di tepi sebuah sumur, Tuhan Yesus berbincang-bincang dengan perempuan itu. Semula pembicaraan seputar air dan sumur tetapi kemudian Tuhan Yesus mengalihkan pembicaraan menjadi air yang lain yaitu air rohani. Kalau dia minum air itu maka dia tidak akan dahaga lagi. Perempuan itu mengingini air itu. Di sini Tuhan Yesus sedang berbicara tentang hidup yang kekal, yang bagaikan sumber air kehidupan yang meluap keluar. Ketika kita tersembunyi bersama Kristus maka kita akan mendapatkan sumber air yang terus keluar mengisi hidup kita. Itulah pengalaman internal di dalam diri kita bersama dengan Kristus.
b) memberikan pengamanan.
Jadi kehidupan kita bagai diamankan dalam sebuah brankas bank. Dalam Yohanes 10:27-29 dikatakan bahwa kita bagaikan domba, kita mendengar suara-Nya, Dia mengenal kita dan kita mengenal Dia, Dia memberikan hidup yang kekal kepada kita, tidak ada seorangpun yang bisa menarik keluar kita dari tangan-Nya. Inilah kebenaran yang agung dari sebuah pengamanan kekal. Ketika kita dipanggil oleh Tuhan menjadi bagian dari orang pilihan maka tidak ada seorangpun yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus. Itulah jaminan keselamatan kita.
Ketika kita tersembunyi bersama dengan Kristus maka kita sedang mendapatkan pengamanan seperti di atas. Ini adalah salah satu dari jaminan terbesar yang Kristus berikan kepada kita.
4) Melihat ke depan (Kolose 3:4)
Kolose 3:4 jelas sekali membicarakan tentang kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Kita harus menunggu dan memperhatikan kedatangan Tuhan yang kedua kalinya ini. Kata ‘’menyatakan diri’’ dalam bahasa Yunaninya berarti membuka sampai semua orang melihat. Ketika Tuhan Yesus datang dalam awan-awan maka semua orang akan melihat, dan pada saat itu orang Kristen akan dipermuliakan. Kita yang masih hidup akan mendapatkan kemuliaan dari tubuh kita, semua orang yang sudah mati di dalam Kristus akan dibangkitkan, dan semua kita akan kembali bersama Kristus dalam kemuliaan. Seharusnya kita mempunyai pengharapan akan hal itu. Apakah kita memiliki pengharapan akan saat itu?
Jadi Paulus menginginkan kita untuk melihat ke atas – menetapkan pikiran dan hati kita kepada hal-hal di atas, melihat ke belakang – bahwa kita sudah mati bersama Kristus dan semua natur dosa kita sudah disingkirkan, melihat ke dalam – menyadari bahwa hidup kita tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah sehingga hidup kita benar-benar aman adanya, melihat ke depan – memandang kepada kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Kebenaran kunci dari nats hari ini adalah: Allah telah menyediakan segala sesuatu yang kita perlukan untuk kehidupan saleh kita di dalam Kristus. Apapun yang kita perlukan supaya dapat hidup menyenangkan hati Tuhan, sudah Tuhan sediakan, tetapi kita perlu melihat ke arah yang benar. Tuhan ingin kita melihat ke arah yang benar.
(Ringkasan Khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Roma 12 berisi tentang implikasi praktis dari kehidupan Kristen, bagaimana membangun sebuah kehidupan yang bermutu dimana mencerminkan kehidupan umat Tuhan. Umat Tuhan dibedakan dengan yang bukan umat Tuhan. Orang Kristen belumlah tentu termasuk umat Tuhan. Umat Tuhan adalah orang-orang yang betul-betul dijadikan umat oleh Tuhan sendiri, orang-orang yang dipilih oleh Tuhan untuk berbagian di dalam Kerajaan Surga dan di dalam Tubuh Kristus, di mana Kristus menjadi kepalanya. Orang yang berada di luar Kerajaan Surga ataupun di luar Tubuh Kristus adalah bukan umat Tuhan, meskipun orang itu menempel pada Tubuh Kristus atau pada dinding Kerajaan Surga.
Kita bisa berbagian dalam Kerajaan Surga bukan karena kemauan kita melainkan karena Tuhan yang berinisiatif memanggil kita supaya kita menjalankan tujuan/ maksud/ keinginan Dia. Umat Tuhan adalah orang-orang yang Tuhan panggil untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan. Abraham, Daud, Paulus maupun kita dipanggil oleh Tuhan bukan berdasarkan jasa kita melainkan untuk menjalankan tugas dari Tuhan, menjadi saksi bagi Dia. Itulah yang disebut sebagai panggilan. Dalam Efesus 2:10 dikatakan bahwa kamu adalah buatan Allah, diciptakan di dalam Kristus Yesus, untuk melakukan pekerjaan baik yang sudah disiapkan Allah sebelumnya.
Ketika kita mendapatkan panggilan dari Tuhan, hal itu bukanlah urusan tiap pribadi melainkan merupakan urusan kita semua di dalam Kerajaan Surga. Roma 12 mengajar kita mengaplikasikan Roma 11:36 yaitu: Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Hidup kita dimulai dari Allah, maka seluruhnya adalah milik Tuhan dan tidak ada sedikitpun yang merupakan milik kita. Semua yang dari Tuhan juga harus dikerjakan di dalam Tuhan karena Tuhanlah yang memelihara, mempertobatkan, dan yang menebus kita. Sebagai ciptaan Tuhan, manusia wajib bekerja untuk Tuhan. Ciptaan bukanlah ditujukan untuk ciptaan itu sendiri melainkan untuk kepentingan penciptanya.
Kita haruslah merombak pola pikir kita agar dapat melaksanakan hal-hal di atas. Kalau kita gagal merombak pola pikir kita maka kita akan membawa masuk pola pikir dunia ke dalam gereja, kita akan mengalami kesulitan untuk mengerti Alkitab, dan kita cenderung memikirkan perubahan tingkah laku semata. Untuk membongkar pola pikir dunia yang ada di kepala kita menjadi pola pikir Alkitab adalah sangat berat dan memerlukan banyak pengorbanan. Hal ini diibaratkan membongkar pondasi hidup dan kemudian membangun yang baru di atas pondasi tersebut.
Perubahan pola pikir akan mengakibatkan kita dirasa ‘’aneh’’ oleh orang lain, kita akan bisa mengerti orang lain tetapi sebaliknya orang lain akan tidak bisa mengerti kita. Manusia juga cenderung sulit untuk memahami Yesus. Sebagai contoh: Tuhan Yesus mengajar memakai perumpamaan bukan supaya orang mudah mengerti tetapi justru supaya orang tidak mengerti, sebagaimana diungkapkan dalam Matius 13:13. Dalam Roma 12:2 Paulus memerintahkan kita untuk berubah oleh pembaharuan akal budimu sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Dalam hidup kita seharusnya mengejar kehendak/ keinginan Tuhan, bekerja berdasarkan ordo karena kita bukan bekerja seorang diri. Roma 12:3 mengajar kita untuk berpikir yang sesuai dengan kondisi diri (siapakah diri kita) dan sesuai dengan iman yang dikaruniakan Tuhan kepada kita. Pikiran kita distandarkan dengan standar kepercayaan kita. Jadi pikiran kita menguasai diri kita berdasarkan standar iman yang Tuhan berikan kepada kita. Orang dunia, yang tidak beriman kepada Tuhan, cenderung untuk menaikkan diri atau menurunkan diri, karena manusia kesulitan untuk berada di titik seimbang. Tuhan mencipta manusia sebagai makhluk yang begitu mulia, yang mempunyai standar penilaian yang mulia. Sayangnya, manusia hidup dengan begitu hina, yang mengejar hal-hal rusak di tengah dunia ini, misalnya: manusia lebih memilih memikirkan uang daripada memikirkan Tuhan. Ketika berada dalam kegamangan hidup akibat tidak mempunyai standar nilai yang mulia, akhirnya manusia justru mengabsolutkan dirinya sendiri. Manusia yang demikian cenderung akan menertawakan kebenaran dan tidak bisa menerima kebenaran bahkan kebenaran yang paling sederhana dan mendasar.
Ketika dunia seharusnya mengerti konsep/ kebenaran, dunia berdosa justru mengejar kegunaan. Orang tidak lagi peduli akan benar atau salah, yang dipentingkan adalah berguna atau tidak bagi dirinya. Diri manusialah yang dijadikan sebagai dasar. Kalau memakai dasar kegunaan, apakah manusia berguna di hadapan Allah? Semua manusia tentu saja tidaklah berguna di mata Allah, kita adalah sampah. Dengan azas manfaat ini manusia hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri dan tidak mempedulikan orang lain sehingga manusia tidak bisa hidup berdampingan. Pendidikan kebanyakan hanya membentuk intelegensia tetapi tidak membentuk mentalitas sehingga dihasilkan manusia yang rusak karakternya.
Allah Tritunggal harus dijadikan landasan dari semua relasi dalam kehidupan manusia. Manusia adalah gambar dan rupa dari Trinitas. Allah Kristen bukanlah Allah monoteis maupun politeis. Allah Kristen mempunyai 3 pribadi yang saling berelasi. Allah yang memiliki 3 pribadi ini adalah Allah yang tunggal/ tidak pecah. Dari sejak awal dunia diciptakan, Allah sudah menyatakan kemajemukan pribadi-Nya, yaitu ketika mencipta manusia, Allah berkata: Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita. Hal ini menunjukkan adanya tindakan bersama dalam 1 misi bersama. Allah Bapa mencipta dunia dengan Firman, berarti: Allah Anak yang menggenapkan, dan Roh Allah/ Roh Kudus melayang-layang di atas permukaan air.
Kalau kita mengerti tentang penciptaan yang dilakukan oleh Tuhan, maka kita harus mengerti bahwa kita bukanlah sendirian melainkan harus menjadi 1 korporasi. Umat Tuhan yang digambarkan sebagai Kerajaan Surga haruslah tunduk kepada Sang Raja, yaitu Kristus Yesus. Orang yang melawan Dia berarti melakukan pemberontakan. Seluruh warga Kerajaan Surga takluk mutlak kepada Sang Raja. Gereja bukanlah tempat untuk manusia mengaktualisasi diri melainkan sebagai tempat untuk menjalankan ketaatan kepada Tuhan/ menjalankan tugas dari Tuhan. Apapun yang dilakukan di gereja tidak satupun untuk kepentingan jemaat/ manusia melainkan untuk kepentingan Tuhan.
Figurasi kedua yang Tuhan pakai untuk menggambarkan umat-Nya adalah Tubuh Kristus. Seluruh umat Tuhan merupakan 1 tubuh dengan Tuhan Yesus sebagai kepala. 1 tubuh ini bukan menjalankan kepentingan masing-masing melainkan menjalankan keinginan dari Sang Kepala. Di dalam tubuh manusia terdapat manajemen yang paling unik, kompleks, dahsyat, dan dinamis. Di dalam tubuh manusia terdapat korporasi terbesar di dalam alam semesta, dengan pegawai berjumlah milyaran yang perlu diberi makan, dikelola dan tidak boleh ada yang tidak beres. Ada lebih dari 100 perusahaan besar di dalam tubuh manusia, dan semuanya itu terangkai dalam konglomerasi. Konglomerasi adalah usaha yang terdiri dari banyak perusahaan dari hulu sampai hilir, mulai dari bahan baku sampai hasil akhir. Ada 7 rangkaian konglomerasi di dalam tubuh manusia. Sebagai contoh: ada konglomerasi pencernaan yang terangkai dari mulut sampai anus. Di dalam mulut terdapat perusahaan air liur dan yang lainnya. Apa yang terjadi jika perusahaan air liur ini demo dan cuti? Semua pegawai dalam tubuh bekerja dengan rapi dan tidak ada yang menyeleweng. Semua elemen tubuh ini tidak boleh semaunya sendiri. Ketika kepala memerintahkan untuk jalan, maka seluruh badan akan jalan. Seandainya: mata tidak mau ikut jalan dan hanya menyuruh kaki yang jalan, maka tubuh tsb akan hancur. Manajemen tubuh haruslah terpusat dan bergerak berdasarkan ordo, tidak boleh semaunya sendiri. Gereja bukanlah organisasi yang berjalan semaunya sendiri. Terkadang ada bagian yang menjalankan perintah kepala dengan setengah hati sehingga menyebabkan tubuh terjatuh.
Bagaimana gereja dikelola dengan tepat sehingga konsep 1 tubuh itu bisa berjalan? Pdt. Stephen Tong sudah merumuskan demikian: tidak ada orang yang datang untuk membantu, tidak ada orang yang datang untuk berkontribusi/ berjasa, setiap orang datang untuk belajar dan setiap orang datang untuk melayani. Tuhan Yesus mengajar dengan keras bahwa tidak ada dari kita yang menolong/ berjasa kepada Tuhan; kita hanyalah budak-Nya (Lukas 17:7-10).
Ketika Tuhan memanggil umat-Nya, tidak ada satupun manusia yang berkontribusi, melainkan ada tugas yang harus dikerjakan oleh umat-Nya. Orang datang ke gereja untuk belajar/ memperlengkapi diri sehingga dapat mengerjakan tugas dari Tuhan dengan baik. Semua yang dikerjakan bukanlah kontribusi/ jasa melainkan merupakan pelayanan/ pengorbanan. Setelah mengerjakan tugas yang Tuhan berikan, kita seharusnya menyadari bahwa apa yang kita kerjakan bukanlah jasa kita, bahkan kita hanya bisa mengerjakan sejumlah itu, dan berharap akan perkenanan Allah.
Kristus yang adalah kepala, tidak memanipulasi tubuh-Nya, bahkan Dia mati di atas kayu salib demi hidup tubuh-Nya. Pekerjaan Tuhan dijalankan bukan berdasarkan azas manfaat tetapi berdasarkan totalitas seluruh tubuh. Pemimpin berbeda dengan kepala. Pemimpin mengarah kepada kekuasaan dan kepentingan diri si pemimpin, sedangkan kepala berkorban untuk kepentingan seluruh tubuh. Kalau setiap kita terlibat melayani maka pekerjaan Tuhan akan semakin besar, Tubuh Kristus akan bertumbuh besar.
(Ringkasan Khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)